THE MARTIAN : LELAKI YANG MENJAJAH MARS



Judul Film : The Martian
Sutradara : Ridley Scott
Penulis Skenario : Drew Goddard
Pemain : Matt Damon, Chiwitel Eijofor, Jessica Chastain, Mackanzie Davis, Sean Bean, dll
Produksi : 20th Fox Century


They say once you grow crops somewhere, you have officially colonized it. So, technically, I colonized Mars. In your face, Neil Armstrong!
(Mark Watney, The Martian, 2015)

Film dibuka dengan "kesibukan" lima orang crew tim ekspedisi Ares III di permukaan planet Mars. Mereka sedang dalam proses pengerjaan mekanisme standar kehidupan di Mars, sesuai dengan misi yang mereka emban, yaitu menciptakan kehidupan baru di planet Mars.


Namun, radar kontrol di stasiun pusat NASA menangkap datangnya badai. Dan badai pasir itu segera menyerang kelima astronot. Berdasaran laporan dari Johansen (crew yang ada di dalam pesawat), Kol. Lewis (Jessica Chastain) selaku komandan segera memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke Hermes-pesawat orbit- yang membawa mereka ke Mars. Sayangnya, seorang astronot-Mark Watney- tertinggal.

Kol. Lewis mengasumsikan bahwa Watney telah meninggal dunia, berdasarkan pemantauan telemetri yang menyatakan bahwa baju astronot Watney bertekanan rendah dan tidak ada tanda kehidupan. Kol. Lewis dan keempat anak buahnya meluncur kembali ke bumi tanpa Mark Watney.

Keajaiban terjadi. Mark Watney terkubur dalam pasir dan masih HIDUP! Dalam keadaan terluka karena tertusuk antena, dia menuju ke Hab, semacam bangunan shelter yang dijadikan laboratorium selama misi mereka di Mars. Watney mengobati lukanya dan menerima kenyataan dia sekarang sendirian. Mark Watney pun membuat video diary sebagai dokumentasi kehidupannya di Mars. Satu-satunya hiburan adalah playlist lagu disko tahun 70-an koleksi Kol. Lewis.


pict. courtesy : universetoday.com

Satu-satunya harapan Watney adalah diselamatkan oleh tim Ares IV. Tetapi jarak tempuh Bumi-Mars sekitar 140 juta mil, artinya dibutuhkan empat tahun perjalanan untuk manusia-manusia bumi itu kembali ke Mars. Watney harus memutar otak, mencari cara untuk memperpanjang hidupnya di Mars, sedangkan bahan makanan hanya cukup untuk 300 SOL alias solar days, alias kurang lebih satu bulan saja.

Watney adalah seorang botanist. Dia pun memikirkan caranya bercocok tanam di Mars *nyengir* berbekal peralatan yang ada, dia menyulap tanah Mars, pupuk dari pembuangan toilet, hidrogen sisa bahan bakar yang dioksidasi menjadi air, danVoila! Watney punya kebun kentang di Mars!

pict. courtesy : modernfarmer.com

Di Bumi, satellite planner Mindy Park dan Direktur misi Vincent Kapoor menemukan fakta bahwa ada kemungkinan Watney masih hidup dari sebuah foto satelit yang sedang dalam pemantauan mereka. Fakta ini segera dilaporkan pada para petinggi, dan segera mendiskusikan kemungkinan upaya penyelamatan Watney.

Watney sendiri berupaya menemukan pathfinder, alat komunikasi yang sudah tak berfungsi lagi sejak tahun 1997. Setelah mengotak-atik alat tua itu (setting film tahun 2035), Watney berhasil memastikan keberadaannya. Dia menerima instruksi untuk memodifikasi pathfinder sehingga dapat berkomunikasi dalam bentuk text.

Dilema pun timbul. Para petinggi enggan memberitahukan kenyataan itu pada crew Ares III yang sedang dalam perjalanan pulang. Ted Sanders, Direktur NASA, memutuskan untuk tidak memberitahukan pada crew Ares III tentang Watney. Pemikiran lima orang selamat lebih baik, daripada enam orang tak akan selamat, karena usaha penyelamatan itu berisiko tinggi. Keputusannya, Watney akan dibawa pulang oleh misi Ares IV, sambil menunggu waktu itu tiba, akan dikirim roket yang membawa suplai makanan untuk persediaan Watney.

Malang tak dapat dihindarkan, roket yang dirancang terburu-buru itu gagal luncur. Diikuti dengan meledaknya Hab yang disebabkan kesalahan perhitungan sehingga hasil panen kedua Watney pun gagal. Watney harus benar-benar irit makan. 

Dalam kondisi genting tersebut muncul Rick Purcell, staff astrodynamics yang jenius, dia membawa alternatif rencana untuk menyelamatkan Watney, yaitu dengan cara mencegat Watney yang berangkat dari Mars menggunakan pesawat cadangan, dan kemudian dijemput oleh awak Hermes sebelum kembali ke Bumi *wah, ini bagian yang seru, lho*.

Mitch Henderson, Direktur misi tim Ares III membocorkan rahasia itu pada crew Ares III. Kol. Lewis yang sudah merasa bersalah karena meninggalkan Watney, berembuk dengan anggota tim yang lain. Dan ya, sudah pasti mereka bersedia bertaruh nyawa demi menyelamatkan anggota tim mereka.

Usaha penyelamatan itu sendiri memerlukan pengorbanan sendiri. Perkiraan jarak titik pertemuan antara Hermes dan pesawat cadangan yang akan digunakan Watney masih terlalu jauh jika memperhitungkan cadangan bahan bakar yang dimiliki Hermes dan kecepatan laju pesawat cadangan Watney. Pesawat cadangan itu harus dimodifikasi supaya bobotnya lebih ringan dan dapat melaju dengan cepat.


gambar diambil langsung dari film

Usaha penyelamatan ini menjadi perhatian seluruh dunia, termasuk pihak China National Space Administration (CNSA). Mereka memiliki proyek mesin pendorong (booster) untuk mendorong pesawat Hermes supaya bisa lebih cepat menuju titik penjemputan. CNSA berkolaborasi dengan NASA menggunakan alat tersebut. Dikirimlah booster ini ke luar angkasa untuk dipasang di badan Hermes *wow, luar biasa daya jangkauan akal manusia di masa mendatang nanti ya*

Walau sudah menggunakan bantuan booster jarak masih terlampau jauh untuk menjemput Watney- sekitar 62 KM- tapi Kol. Lewis tak menyerah. Dia punya strategi untuk mendorong pesawat lebih jauh, dan akhirnya terjun langsung ke "lapangan" untuk menyelamatkan Watney. Ide Watney yang tak kalah ekstrim pun membantu usaha penyelamatan atas dirinya itu. Misi berlangsung sangat menengangkan dan berakhir dengan kelegaan di seluruh dunia yang menyaksikan secara langsung detik-detik penjemputan Mark Watney.


gambar diambil langsung dari film

gambar diambil langsung dari film



SETELAH MENONTON FILM INI

Saya sempat membaca kritik pedas soal film ini, yang kira-kira bunyinya: mana mungkin segala aksi di luar angkasa itu hanya mengandalkan plastik dan tali (sayang saya nggak nemu lagi linknya, jadi nggak bisa dicapture ke sini). Hehehe... saya agak setuju dengan pendapat tersebut.

Secara logika, film ini tampak absurd. Semakin "nggak nyampe" saat saya (sebagai penonton) disuguhi satu scene yang menggambarkan Watney ini badannya kurus banget dan penuh lebam karena malnutrisi. Iyalah ya karena kan dia kurang makan. Tetapi, secara luar biasa, saat pesawatnya harus dimodifikasi untuk meringankan beban, dia kuat sekali mendorong tutup kapsul yang notabene beratnya sekitar 400 kg sampai terlepas.

Kemudian pesawat itu hanya ditutup oleh semacam terpal dan diikat oleh tali-tali jadi semacam tenda. Bayangkan! Dan ketika meluncur... si tutup itu lepas, dan pesawat melayang-layang tanpa penutup. Berasa adegan di film kartun.

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan saya sepanjang film ini *merasa luar biasa padahal ini film jenis sci-fi lho... :D*

Walau demikian, saya bukannya nggak menikmati keseluruhan film. Diluar pertanyaan-pertanyaan saya itu, film ini bagi saya cukup menyenangkan dan luar biasa. Kekaguman pada nalar manusia, yang bukannya nggak mungkin bisa terjadi di masa mendatang. Kekaguman saya pada setting tempat yang dengan sentuhan efek tentunya, benar-benar menjelma seperti dataran Mars dalam penglihatan dan khayalan saya. By the way, mereka mengambil lokasi di Wadi Rum, sebuah gurun yang indah di Yordania.

Juga tentang loyalitas dan kesetiakawanan. Heroisme pengorbanan demi nyawa satu orang (mengingatkan saya pada film Bridge of Spies, moral story-nya sama) yang mengharukan dan inspiring. Kekuatan akting Matt Damon, dan sekali lagi saya menemukan fakta kalau penulis Amerika ini sense of humor-nya bagus, walau ini bukan film komedi. Film yang semestinya serius dan menegangkan tentang pertaruhan nyawa manusia ini disisipi humor, jadi terasa ringan dan menyenangkan.

Tipikal film space-space-an-nya Amerika itu ya kebersamaan di pusat kontrol NASA di Houston. Ketegangan yang diciptakan dari ekspresi setiap orang yang terlibat, kemudian sorak-sorai dan tepuk tangan ketika misi berhasil dilaksanakan... *nyengir*

Walau genrenya science fiction, seperti yang sudah saya urai di atas, film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Andy Weir ini, plotnya ringan dan menyenangkan, juga aman kalau ditonton bersama anak-anak. Ada sedikit sisipan romansa antar crew, tapi nggak bahaya kok, nggak ada adegan tujuh belasan :D 

Secara keseluruhan, film yang sudah mengantongi nominasi di tujuh kategori untuk ajang Oscar 2016 ini, saya nyatakan seru dan rekomended. Nggak heran kalau The Martian adalah salah satu nominasi Best Picture yang dijagokan, karena gambar-gambar yang disuguhkan benar-benar menawan. Kalau nggak yakin, silakan nonton aja deh ya, dan temukan pendapat Anda sendiri.



8 Comments

  1. Jadi pengen nonton....

    BalasHapus
  2. Sedih teh pas kentangnya hancur... tapi mengernyitkan dahi ketika melihat bagaimana terpal + selotip berhasil menyelamatkan rumah botani Watney hahaha...

    Tapi film ini tetap keren koq...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, kirain saya aja... Hehehe... apalagi pas terpal jd tenda penutup kapusl MAV nya 😂

      Hapus
  3. Waaah genre film favoritku nih. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh, suka science fiction ya... ini bagus kok filmnya

      Hapus
  4. Eeiittsss..., film yg bunda suka nih type yg kek gini, tp anak-anak kl ngajak nonton malah kl ada film kesukaan cucu, hehe...lumayan lah dp gak petnah maxuk bioskop di usia renta, wkwkw,...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe... iya ya sekarang apapun demi cucu. Nonton di rumah aja Bun, saya juga nonton di rumah aja kok, udah jarang juga ke bioskop. Makanya suka ketinggalan info film bagus. Jadi nontonnya susulan lewat internet. Film ini juga gitu :D

      Hapus