BRIDGE OF SPIES : KISAH KEMANUSIAAN YANG HANGAT DI TENGAH COLD WAR




Judul Film : Bridge of Spies
Sutradara : Steven Spielberg
Penulis Skenario : Ethan Coen, Joel Coen, Matt Charman
Pemain : Tom Hanks, Mark Rylance, Amy Ryan, Alan Alda, dll.
Produksi : Dreamworks


( Everyone deserves a defense. Every person matters )

Biasanya saya nggak tertarik sama film-film serius model begini. Tapi kenyataan film ini dijagokan di ajang perebutan piala Oscar untuk kategori Best Picture, jadi penasaran juga. Plus duet antara Steven Spielberg dan Tom Hanks makin mendorong hasrat *wedeuuu hasrat... hehehe* saya menonton film ini.


Film dibuka dengan pengintaian agen-agen CIA terhadap seorang laki-laki, yang diduga seorang mata-mata Rusia. Sampai akhirnya dilakukan penggerebekan dan menangkap si tersangka di apartemennya.

Rudolf Abel (Mark Rylance), yang dipanggil Kolonel, si tersangka tadi, nggak pernah mengakui kalau dirinya seorang mata-mata. Dia memang mengkamuflasekan dirinya sebagai seorang laki-laki biasa yang hobi melukis. Tapi ada satu adegan yang penonton akan tahu kalau dia adalah seorang agen rahasia.

Adalah James Donovan (Tom Hanks) seorang pengacara brilian di bidang asuransi yang "ketiban sial", diminta untuk menjadi pembela Kol. Abel. Walau pada awalnya merasa heran, mau tak mau diterima juga tugas negara tersebut.

Donovan membawa Abel pada keringanan hukuman penjara selama 30 tahun alih-alih tuntutan hukuman mati. Hal tersebut nggak bisa dibilang kesuksesan mengingat Donovan, dengan tugasnya itu seolah-olah justru menjadi pengkhianat negara. Donovan dan keluarga terpaksa menerima sanksi sosial dari masyarakat, sampai yang terparah keluarga Donovan mendapat teror tembakan.


pict. courtesy : eonline.com

Yang menarik, teror tak membuat Donovan mundur. Dalam satu obrolan, Abel bercerita tentang peristiwa di masa kecilnya. Ada seorang teman ayahnya yang dia kagumi walau sebenarnya orangnya biasa saja. Tapi, satu ketika tentara menyerbu rumah mereka dan menyiksa orang dewasa. Kebetulan si Teman sedang ada di rumah itu. Abel melihat walau dipukuli, si Teman selalu bangkit lagi dan bangkit lagi.
"Every time they hit him, he stood back up again. Soldier hit him harder, still he got back to his feet. I think because of this they stopped the beating and let him live... "Stoikiy muzhik". Which sort of means like a "standing man"... standing man..."

Cerita Abel menginspirasi Donovan. Tanpa menghiraukan teror dan kebencian masyarakat padanya selama ini, dia pun mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Donovan membela Abel dengan sungguh-sungguh. Saya suka sekali adegan dan dialog pembelaan yang diajukan oleh Donovan. Sudah pasti permohonan banding ini ditolak. Abel mendekam di penjara Amerika.

Ironisnya, di tengah kebencian rakyat Amerika terhadap mata-mata, justru pemerintahnya merancang misi rahasia spionase. CIA merekrut pilot-pilot muda untuk dilatih menjadi pilot pesawat pengintai. Pesawat canggih (pada masanya) yang dilengkapi dengan kamera-kamera itu akan dipakai sebagai pengintai wilayah musuh (pada masa itu sedang terjadi cold war antara Amerika dan Rusia) dan memotret kegiatan musuh dari udara.


pict. courtesy : tribune.ca

Naas, misi pertama gagal. pesawat yang dikemudikan pilot muda Francis Gary Powers, yang diklaim sebagai  pesawat pemantau cuaca NASA, ditembak jatuh dan dia pun tertangkap. Francis ditawan pihak Rusia.

Di segmen yang lain, diceritakan seorang pemuda Amerika bernama Richard Pryor, seorang mahasiswa yang sedang menyusun tesis tentang ekonomi di Jerman juga "ketiban sial", di tengah rusuhnya peristiwa pemisahan Jerman Barat dan Jerman Timur. Pryor bermaksud menjemput kekasihnya, penduduk Jerman Timur, tapi malangnya ketika mereka sampai di tembok pemisah, jalan masuk sudah ditutup dan tentara melarang mereka lewat. Pryor dianggap melawan dan akhirnya dipenjara.

Lalu bagaimana dengan Donovan apakah ceritanya selesai? Belum. Donovan "ketiban sial" untuk kedua kalinya. Dia diminta untuk menjadi media pertukaran tawanan antara Francis dan Abel. Dia harus berangkat ke Jerman. Donovan tak punya pilihan untuk menolak "tugas negara" itu. Dia memilih tak berterus terang pada keluarganya soal tugasnya. Memancing salmon dengan klien, itulah alasan yang dikatakan pada istrinya.

Di tengah proses itu, Donovan juga mengetahui kalau ada orang Amerika lainnya yang ditawan oleh pihak Jerman Timur. Dia berkeras ingin membebaskan Pryor juga. Walau niatnya itu ditentang oleh agen CIA yang mendampinginya, karena fokus mereka adalah Francis dan Abel. Pun rasanya tak mungkin menukar satu orang dengan dua orang yang ditawan oleh negara yang berbeda. Justru tekad Donovan semakin kuat mendengar agen CIA itu mengatakan dia hanyalah seorang mahasiswa (bodoh) yang mengerjakan tesis tentang ekonomi Rusia di tengah cold war, dengan nada dia-sama sekali-tak berarti.


pict. courtesy : entertainment.suntimes.com

Walau proses yang dilaluinya nggak gampang dan menyerempet bahaya, berkat kegigihan Donovan dan kepiawaiannya bernegosiasi, tujuannya tercapai. Terharu sekali menonton adegan pertukaran itu. Ketika pihak Rusia sudah sepakat, sementara pihak Jerman Timur belum memberikan kepastian, ketegangan pun terbangun. Satu scene yang menyentuh di mana loyalitas Abel pada mantan pengacaranya pun digambarkan dengan kuat.

Keberhasilan misi tersebut membuat Donovan kembali diterima di tengah masyarakat Amerika. Dia seperti seorang pahlawan setelah semua media mengangkat kisahnya. Status sosial Donovan pun kembali normal.


pict. courtesy : rottentomatoes.com

SETELAH MENONTON FILM INI

Saya menghela napas. Dalam situasi perang, dingin atau baku tembak, betapa nyawa manusia tak ada harganya. Betapa mudah mengorbankan satu nyawa demi kepentingan satu pihak.

Biasanya saya kurang minat pada film model suram-suram begini. Tapi, menonton film ini nggak ada penyesalan sama sekali. Film ini "sesuatu".

Film ini bukan film perang yang sarat adegan kekerasan dan baku tembak. Film ini semacam drama sejarah. Situasi perang digambarkan lewat tertembaknya pesawat U2 Francis Gary Powers dan adegan dimana Donovan menyaksikan peristiwa warga yang ditembak jatuh saat menocba menyeberangi tembok Berlin.

Film ini tenang tapi menegangkan. Penulis skenario juga menyelipkan humor-humor ringan di antara dialog Donovan dan Abel. Ada sindiran halus soal agen CIA yang nggak toleran pada Donovan yang harus berpayah-payah tinggal di apartemen sederhana, berhadapan dengan penjahat, dan militer Jerman Timur yang dingin dan sadis, sementara mereka tinggal di Hilton. Atau semacam Donovan yang sibuk meladeni pesanan istrinya, selai marmalade dari toko tertentu di London. Istrinya kan nggak tahu suaminya sedang dalam tugas rahasia dan bertaruh nyawa, eh minta selai... :D

Saya suka selera humor penulisnya.

Saya juga terkesan pada karakter Abel yang "lempeng" tapi memiliki sense of humor, melepaskan dirinya dari kesan mata-mata yang identik sebagai penjahat. Dia tampak seperti laki-laki tua biasa yang sibuk dengan gigi palsunya dan punya hobi melukis, itu saja. Tapi di satu sisi sebagai prajurit dia juga berhasil menampilkan sikap kegigihan dan kesetiannya.

Bridge of Spies terinspirasi dari kejadian nyata, tetapi bukan semacam biografi. Buat saya sih film ini cukup berhasil memberikan sesuatu dan meninggalkan kesan. Saya merekomendasikan film ini untuk ditonton.



2 Comments

  1. Ah, bukan film favoritku nih -,-

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba nonton dulu deh, ini bukan film perang gitu ini lebih menonjolkan sisi kemanusiaannya, drama banget :D

      Hapus