foto : muvila.com
Sebelum berlangganan TV berbayar, acara televisi yang setia
menemani sahur (mulai dari masak sampe makan) adalah sinetron PPT alias Para
Pencari Tuhan. Dari jilid 1 sampai jilid
8. Cuma… pas jilid 8 itu nggak pol ngikutin, sih, sempet agak bosan juga.
Nah, ternyata… tahun ini SCTV masih mengeluarkan PPT jilid
9. Wow… sudah 9 tahun berarti. Ya, syukurlah, karena saya masih malas menonton
acara sahur di televisi lain, dan nggak tega juga kalau acara sahur saya dan
keluarga ditemani kanal Foxcrime.
Terlepas dari segala kontroversi seputar PPT ini, dari jalan
cerita yang mulai ngebosenin, Dedy Mizwar yang dirundung celaan: udalah ya
wagub kok main sinetron, urus aja Jabar yang bener. Yang paling mutakhir
kaitannya dengan kasus yang menimpa putranya (itu lho… ah searching sendiri aja
deh daripada jadi ghibah). Ruwet banget masyarakat kita ini ya.
Justru, buat saya PPT itu adalah cermin cara hidup kita.
Melalui tokoh-tokohnya yang sengaja dibuat tidak sempurna, kita dipaksa
bercermin. Introspeksi diri baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari
masyarakat. Sindiran-sindiran lewat adegan dan dialog adalah teguran dan
pelajaran, jika kita orang yang mau membuka hati untuk mengambil hikmah.
Melalui dialog yang ringan tapi cerdas penonton (saya) digiring pada pemahaman
bagaimana Islam menyelesaikan satu masalah tertentu. Good job!
ADA YANG BARU
Apanya yang baru? Kabarnya, PPT jilid 9 ini konsepnya
berbeda dengan jilid-jilid sebelumnya, yang menyajikan plot dengan konflik yang
berkesinambungan dari episode pertama sampai akhir. Jilid 9 ini konsepnya alur
dengan penyelesaian konflik yang cepat. Paling banyak tiga episode, konflik
sudah selesai, dan langsung berganti tema baru lagi. Langkah bagus untuk
mengantisipasi rasa bosan penonton.
EPISODE 1
Dibuka dengan kejutan karena diceritakan anak pasangan Azzam
dan Aya meninggal (sebabnya nggak tahu karena saya ketinggalan setengah jam
dari jam tayangnya). Azzam mengalami
depresi akibat penyesalan. Kelalaiannya menyebabkan anaknya meninggal, padahal bukankah kematian itu sebagian dari takdir? Azzam masih susah menerima dan belum ikhlas. Aya juga dirundung kesedihan.
Yang lucu adalah masyarakat di sekitar mereka. Tepatnya
ibu-ibu warga kampung, yang berinisiatif memboikot Azzam dan menyebarkan berita
kecaman terhadap Azzam di media sosial ( haha… ini dia… sindiran telak).
Masyarakat kita memang sedang hobi menghakimi dan menyebarkan sesuatu yang
masih “buram” lewat medsos, tanpa berusaha (ingin ) memahami terlebih dulu
duduk perkara si masalah tersebut.
Kebodohan masal ini semakin dikuatkan dengan adegan mendemo
Mas Azzam oleh ibu-ibu warga kampung *ngakak*. Tuntutan mereka adalah Azzam
harus meminta maaf di depan mereka dengan mencium kaki Aya, istrinya. Sindiran
no. 2, masyarakat yang kurang piknik ini, kadang merasa berhak menuntut apa yang bukan haknya
untuk dituntut. Jelas ibu Azzam meradang, karena tidak pantas seorang suami
bertekuk lutut di depan istrinya. Aya juga menegaskan dalam dialognya kalau
suami adalah imam keluarga, yang semestinya bertekuk lutut adalah istri, bukan
sebaliknya.
Masalah selesai. Lebih karena rasa malu yang datang dari
sanubari si ibu-ibu, bukan karena aksi Pak RW, karakter pemimpin konyol yang
selalu datang terlambat dan jadi pahlawan kesiangan.
Oiya, kejutan lain di episode perdana ini dikisahkan kalau
ibu Azzam sedang hamil besar (di jilid 8, ibu Azzam menikah dengan Om Wi
(Slamet Raharjo)). Nggak apa-apa deh, berkah untuk Henidar Amroe pemerannya,
bisa nyicipin hamil. Semoga jadi kenyataan di balik layar. Aamiin.
Nah, episode 1 ini simpel dan tidak bertele-tele. Jadi nggak
sabar nonton espisode-episode berikutnya. Penasaran, tema apa lagi yang bakal
diangkat.
Didukung pemain yang kualitas aktingnya tidak main-main, dan
penulisan skenario yang bagus, sinetron ini termasuk pelopor “sinetron sehat”
menurut saya. Sampainya produksi sinetron ini pada angka 9, PPT terbukti sebagai tontonan yang masih ditunggu dan
diminati pemirsa televisi Indonesia. Merdeka!
Oiya, satu lagi yang saya tunggu kemunculannya, karena dia karakter
favorit saya adalah Loli, pembantu rumah tangga di rumah Pak Jarwo. Celetukan
dan kepolosannya sering bikin ngakak sekaligus “menampar”.
4 Comments
Acara favoritku juga, teh. Sayang euy kalau subuh udah ditag sama Ini Sahur sama adik. Iya nih, bully-bully-an medsos itu sungguh menyebalkan. Kayaknya tiket pesawat harus didiskon 90% biar banyak yang piknik :D
BalasHapusEpi... thanks for comment. Iya kalo tiket diskon 90% saya meureun ikutan piknik wae moal kerja2... hihi...
BalasHapusetapi kenapa comment ini belum muncul aja ya button reply (garuk jidat)
Iyaaaa, ini juga tontonan favoritku karena acara lain pas sahur itu smeuanya hiruk pikuk >_<
BalasHapusbtw, kapan kita piknik? #eh
bets skali Di, piknik sendiri-sendiri dulu... abis lebaran kalo kebetulan pas jadwalnya, piknik yuk di taman bandung sambil bawa makanan... hihi
Hapus