MY GENERATION: BUKAN FILM REMAJA TAPI FILM KELUARGA


Krisis percaya diri, galau saat pubertas, korban intimidasi kehendak orangtua adalah problem-problem di antara sejuta persoalan dalam kehidupan remaja. Kalau mau jujur, masalah-masalah itu sebetulnya sudah sangat purba, ya nggak sih.  Dari jaman saya remaja juga masalah semacam itu sudah jadi bagian dari problematika remaja *iya masa remaja saya memang pra-sejarah banget ketika itu mall besar aja baru ada satu di Bandung*.  

Jadi sebetulnya nggak adil kalau hanya memperhitungkan kids zaman now aja yang punya problematika kehidupan semacam itu.  Bedanya, anak jaman sekarang itu lebih kritis dan berani spoke out.  Tapi, ada yang bisa lihat kelemahan mereka itu sebagai hal yang: "mereka positif kok tinggal diarahkan aja", tapi ada juga yang langsung labeling nakal lah, begajulan, pembangkang dan sederet gelar negatif lainnya.

Orangtuanya gimana sih? Nah, memang otoritas masyarakat kalau lihat anak "nyeleneh" yang dicari orangtuanya.  Sebagai orangtua, seberani apa kita untuk menerima jika memiliki anak yang dianggap bukan anak baik? Seberani apa kita mengakui, sikap anak seperti itu mungkin penyebabnya adalah justru sikap kita yang salah sebagai orangtua.

Upi, seorang sutradara yang sudah berpengalaman menyutradarai film-film remaja berkualitas, merasa terusik dengan problematika remaja masa kini yang ndilalah penyebabnya adalah kesenjangan hubungan antara anak dengan orangtua. Terinspirasi dari problematika yang menimpa banyak remaja jaman sekarang, dia membuat karya terbaru, sebuah film tentang remaja yang berjudul "MY GENERATION".  Simak dulu trailernya, yuk!



Nggak... jangan panik atau shock dulu dong, film ini dijamin aman kok.  Bahkan produsernya berani jamin kalau film ini udah lolos pre-sensor dan kalau mau refer ke kategori film yang ditetapkan oleh LSF, film ini bisa dikategorikan sebagai film keluarga.

SINOPSIS:

Konji, Zeke, Orly dan Suki adalah empat orang anak SMA yang menjalin persahabatan.  Mereka membuat video protes kepada guru, sekolah dan orangtua.  Video yang sebenarnya mewakili perasaan anak-anak di sekolahnya itu pun menjadi viral.  Tetapi berakibat buruk buat mereka.  Keempat anak itu dihukum tidak boleh liburan.

Empat bersahabat ini terlalu keren untuk mengutuki keadaan dan malah membuat orang-orang yang menghukum mereka merasa puas. Mereka pun menjalani petualangan seru dan mengalami kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang sangat berarti dalam kehidupan mereka.


KARAKTER:

KONJI, anak laki-laki yang kebingungan menghadapi masa pubertasnya. Yang diterimanya dari orangtuanya bukan bimbingan melainkan larangan-larangan. Jangan pacaran dll. Tetapi kemudian dia mengetahui bahwa orangtuanya justru melanggar sendiri larangan-larangan yang ditujukan padanya.

ZEKE, anak yang merasa tidak disayangi oleh orangtuanya.  Dia merasa diabaikan oleh orangtuanya sejak mereka kehilangan adik Zeke. Orangtuanya selalu mencurigai Zeke berbuat yang tidak-tidak. Zeke merasa hidupnya penuh tekanan, tetapi dia sangat loyal pada sahabat-sahabatnya.

foto : dokpri
ORLY, gadis yang kritis masalah gender termasuk keperawanan.  Dia ingin mendobrak masalah-masalah perempuan yang selama ini selalu dinilai negatif. Ibunya sebagai single parent sibuk sendiri dengan urusannya. Orly sebagai anaknya malah tidak kebagian porsi perhatiannya.

SUKI, orangtuanya selalu memaksakan kehendak mereka tanpa menimbang perasaan atau keinginan Suki sendiri.  Suki tertarik pada bidang musik, sedangkan orangtuanya menginginkan Suki mendalami bidang bisnis.

Dari keempat karakter di atas, adakah remaja atau anak muda yang kamu kenal yang karakternya mirip seperti yang disebutkan? Mungkin kamu sendiri? Atau jika anda orangtua, orangtua siapa yang paling mendekati sikap anda pada anak anda? *wekekeke*

Pada tanggal 10 Oktober 2017 lalu, saya mendapat kesempatan untuk hadir di acara press conference film My Generation yang bertempat di Qubicle Center, Jakarta Selatan.  Acara yang diadakan pada siang hari itu dihadiri oleh produser dari Ifisinema, Upi sebagai sutradara, dan jajaran pemeran utama seperti Arya Vasco (Konji), Brian Langelo (Zeke), Luthesa (Suki).  Selain mereka hadir juga para pemain senior yang turut mendukung film ini, yaitu Joko Anwar, Surya Saputra dan Aida Nurmala. Sayang sekali salah satu pemeran utamanya, Alexandra Kosasie (Orly) tidak bisa hadir.

Ki-ka : Arya Vasco. Upi, Pak Adi, Bryan Langelo, Lutesha.  Belakang:  Joko Anwar, Surya Saputra, Aida Nurmala
foto : dokpri
Dalam kesempatan itu Upi memberitahu tujuannya membuat film My Generation. Dia ingin membuat film remaja yang nggak sekedar bermuatan romens, model cinta-cintaan yang udah biasa banget.  Tapi sebuah film yang mengandung pesan yang tersirat, dan film di mana orangtua bisa belajar.  Karena dalam film ini bukan anak-anaknya yang dipertanyakan, melainkan orangtuanya.

Pak Adi sebagai produser juga menambahkan kalau film ini aman untuk ditonton remaja. Joko Anwar turut menegaskan kalau film ini aman dan ramah keluarga.  Salah satu yang hadir (wartawan media mungkin) bertanya level keamanannya sampai di mana, apakah anak SD juga bisa nonton.  Kalau yang ditanyain adegan (misal kissing scene) atau di trailer ada adegan seolah-olah Orly akan melakukan sesuatu sama seorang cowok cupu (otak ngeres saya sih udah nuduh aja itu adegan condong ke arah tidur bersama) kayaknya sih enggak ada atau nggak kejadian, cuman esensinya anak SD diajak nonton film ini apaan?  etapi kalau umur 11-12 tahun sih mungkin aja ya, kids jaman now kan tingkat kedewasaannya suka di luar dugaan *tukaaan ortu suka underestimet deh* 

Surya Saputra yang sudah malang melintang di dunia perfileman Indonesia pun memberikan kesan positif.  Dia memastikan kalau script film ini bagus banget (pake banget) makanya dia mau (banget) main di film ini.  Saya sih percaya sama Surya Saputra. 

foto : dokpri
Dari pihak produser sendiri nggak tabu buka-bukaan soal budget produksi.  Walau nggak nyebut nilai pastinya, Pak Adi memastikan kalau biaya produksi cukup besar, tapi jika melihat kualitas gambar-gambar dan setting seperti yang tersaji dalam trailernya, menurut saya sih worth it lah.  Keren sih.

Yang salut dari Upi, dia nggak nanggung kalau bikin satu karya.  Film ini membutuhkan waktu 2 tahun cuma buat riset aja.  Waktu selama itu dia gunain buat pendalaman karakter dan gimana sih kehidupan remaja sekarang itu, terutama di era ramai medsos seperti sekarang ini.

Salut kedua, Upi berani mengcasting pemeran-pemeran utama benar-benar dari nol.  Mereka yang memerankan empat orang sahabat ini sama sekali belum berpengalaman di dunia akting. Jadi usahanya juga ekstra keras.  Pengakuan tulus dari para bintang baru ini, awalnya mereka juga kesulitan, tapi untunglah Upi membebaskan mereka untuk menjadi diri sendiri dan ahirnya berhasil menginterpretasikan karakter di film sesuai dengan cara mereka sendiri.

Hasilnya, keempat remaja yang masih hijau di industri hiburan ini sukses menuai pujian dari Upi sendiri.  Bahkan Joko Anwar, yang juga dikenal sebagai sutradara handal ini bilang kalau mereka berempat itu adalah The Newborn Stars.... wowowow.

foto : dokpri

Sempat ada yang mengganjal di hati saya, kepikiran gimana kalau remaja-remaja yang menonton film ini tanpa pendampingan malah salah persepsi, terus menganggap bahwa karakter-karakter yang ada di film itu sebagai pembenaran.  Cool banget kalau bisa seperti Konji, Zeke, Orly dan Suki misalnya.  Saya curhat sama Bryan Langelo soal kegalauan saya ini.  Dan respons cowok ganteng yang ramah ini sebagai berikut:


"Film ini sebenernya bukan buat diikutin supaya jadi seperti itu.  Tapi dari film ini orangtua bisa belajar bagaimana kalau anak-anak jadi jauh atau susah berkomunikasi dengan orangtuanya. Bagaimana mencari solusinya. "

Nah, catet ya kids itu Bryan Langelo lho yang ngomong bukan Tante... *halah tanteee*.  Kalau gitu saya setuju banget Zeke, eh Bryan. Ngaku deh saya #teamzeke *hahaha*.

Nggak sabar kan pengen nonton filmnya.  Nantikan penayangannya tanggal 9 November 2017 di bioskop-bioskop kesayangan di kota Anda. Jangan kelewat ya.

Love,







5 Comments

  1. oow ooow, oke terimakasih banyak

    tulisan ini jadi satu sisi positif film My Generation ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya penasaran banget sama film ini, malah tertantang untuk ambil pov yang beda ketika liat trailernya, aku coba ngeliat dari jiwa abg ku yang masih suka meledak2 ini :D

      Hapus
  2. Akhirnya, kerinduan terhadap film keluarga akan segera terobati. :)

    BalasHapus
  3. setuju sama mamah ina, ini tuh bukan hanya film remaja tapi juga mengedukasi kalangan orangtua. saling memahami satu sama lain. duh gak sabar mau ni=onton filmnya

    BalasHapus
  4. Yang di cari orangtua jika anak nakal. Daripada Konflik. Mendingan Nonton bareng

    BalasHapus