[REVIEW] WONDERFUL LIFE: PROSES MENERIMA KETIKA HIDUP TAK SESEMPURNA YANG DIHARAPKAN



"Setiap anak dilahirkan sempurna... "

Bagaimana jika tidak? Orang tua yang dibesarkan dengan paradigma seorang anak harus pintar - harus berprestasi - harus jadi orang, akan susah menerima jika anaknya tidak seperti dirinya. Orang tua sering lupa kalau anak bukanlah mereka. Demikian pula yang dialami oleh Amalia Prabowo, ibu dari Aqil, seorang anak yang divonis memiliki disleksia.

Disleksia adalah gangguan kemampuan membaca dan menulis. Disleksia seringkali dianggap sebagai gangguan pada kemampuan membaca, kondisi ini juga meliputi ketidakmampuan dalam menulis dengan baik. Dengan kata lain, disleksia telah dianggap sebagai sebuah gangguan pada kemampuan belajar, bukan hanya dalam membaca (sumber: docdoc.com)

Amalia dibesarkan oleh ayah yang masih berpandangan  kolot. Tiga kata sakti: pintar - berprestasi - jadi orang sudah ditanamkan pada Amalia sejak masih kecil. Bisa jadi karena trauma pasca kehilangan anak sulung mereka, sehingga tiga kata sakti yang tidak berhasil diterapkan pada anak sulung mereka, kemudian diwariskan pada Amalia. Ayah Amalia juga menuntut hal yang sama pada Aqil, cucunya.

Amalia harus menghadapi tantangan dan tekanan yang luar biasa dalam hidupnya. Itulah sebabnya ketika mengetahui Aqil disleksia, tentu saja ia tidak menerima begitu saja.  Amalia bahkan tak mengindahkan keterangan para ahli yang mengatakan bahwa disleksia tak bisa disembuhkan. Logikanya sebagai seorang perempuan yang berpendidikan tinggi mengatakan, bahwa tidak ada penyakit yang tidak dapat diobati. Penyangkalan terhadap kondisi Aqil membawanya pada satu perjalanan panjang untuk mencari jalan kesembuhan bagi Aqil. Tanpa disadarinya, perjalanan yang dilakukannya bersama Aqil itulah yang menjadi proses menuju penerimaan dan jalan menemukan jati diri Aqil yang sesungguhnya memiliki banyak kelebihan dibanding kekurangannya.

Kisah inspiratif Amalia Prabowo dan Aqil ini diangkat menjadi sebuah film keluarga berjudul "Wonderful Life", yang dibintangi oleh Atikah Hasiholan sebagai Amalia dan bintang cilik Sinyo yang berperan sebagai Aqil.

Sangat mengharukan melihat gambar demi gambar yang merangkai #WonderfulLifeMovie ini. Saya seolah-olah menjadi saksi transformasi seorang Amalia, perempuan tangguh, mandiri, sukses, dan (sepertinya) bossy juga *maafkan saya Bu Lia*, pada akhirnya luluh dan  kembali jatuh cinta pada anaknya. Menjadi ibu yang siap mencurahkan kasih sayangnya pada Aqil, mendukung anaknya dengan cinta sepenuh-penuhnya. Bagaimana ia harus berhadapan dan menyikapi sikap kolot ayahnya, menyembuhkan traumanya sendiri, menghadapi urusan pekerjaan, melampiaskan stressnya. Menyaksikan "penderitaan" Amalia membuat mata saya basah.

Puncaknya adalah ketika Amalia nyaris kehilangan Aqil, baru ia menyadari semua yang dilakukannya salah. Kepentingan Aqil lebih berharga daripada kepentingan dirinya sendiri. Dan ia menyadari, bahwa yang bisa dilakukannya adalah membiarkan Aqil untuk menjalani keinginannya bukan keinginan ibunya.

Alur cerita film ini adalah sebuah gambaran perjuangan seorang ibu, yang tadinya mencari kesembuhan untuk anaknya, tetapi kemudian setelah menyadari kesalahannya akhirnya beralih untuk "menyembuhkan" dirinya dulu, sehingga akhirnya bisa dengan ikhlas berdamai dengan kondisi anaknya. Mengubah penyangkalan menjadi satu penerimaan.

Air mata saya meleleh ketika Amalia meminta maaf pada Aqil. Adegan yang menampar kesadaran diri pribadi, teringat betapa masih seringnya saya memaksakan kehendak pada anak-anak. Betapa, mungkin, anak saya sering merasakan tekanan, mengerjakan sesuatu yang tak mereka sukai melainkan saya yang suka.

Oleh karena itu, saya sangat merekomendasikan film ini kepada mahmud-mahmud di seluruh nusantara, karena dari film ini banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil. Melalui bahasa gambar yang sama sekali tak berkesan menggurui, kita seperti ditunjukkan kesalahan-kesalahan yang kadangkala masih kita anut dalam pola asuh anak.

Mulai tayang di bioskop tanggal 13 Oktober 2016
Produksi film ini merupakan hasil kolaborasi kreatif dari tiga unsur yaitu penerbit KPG ( yang menerbitkan buku Wonderful Life, sebelum difilmkan, kisah Amalia Prabowo ini sudah lebih dulu dituangkan ke dalam sebuah buku), PT. Sariayu Martha Tilaar dan Creative & Co sebagai penyedia konten kreatif, dimana Visinema menjadi bagiannya.

Mengenai keterlibatan Sariayu di film ini karena film Wonderful Life bisa diibaratkan sebagai simbol dimulainya gerakan #bewonderfulmovement, sebuah gagasan yang diprakarsai. Melalui film tersebut, Sariayu ingin menyabarkan virus perubahan mengingat masih banyak perempuan Indonesia yang butuh dukungan untuk melakukan perubahan positif, tak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga keluarga, lingkungan dan masyarakat (sumber: press release screening film Wonderful Life).

Gambar-gambar itu hasil karya Aqil
Oleh karena itu, sekali saya ingatkan, jangan lupa menonton film Wonderful Life yang akan mulai tayang di bioskop-bioskop di Indonesia mulai tanggal 13 Oktober 2016. Mari bergabung dan sosialisasikan gerakan #bewonderfulmovement, jadilah perempuan cantik Sariayu karena cantik adalah berani melakukan perubahan.


Love,


6 Comments

  1. Rame kayaknya. Tapi, aku bakalan banyak ketampar. Aku sering maksa-maksa anak supaya pinter ini-itu. Huhuhu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaa hahah,krn pandangan kita msh kolot nyak nilai bagus akademis jaminan sukses masa depan

      Hapus
  2. Pas adegan minta maaf, suasana langsuung berasa hening dan senyap. Karena kebanyakan penonton pada mewek, termasuk saya juga hikhik

    BalasHapus
  3. Penulisnya keren! Karena ga semua scene kita dibuat mewek, diselingi tawa dan cengar cengir juga ya, Mak! hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, suasana rada cair ya pas adegan di perahu itu hahah... di situ anak saya aja mulai tertarik, sebelumnya sibuk sendiri nonton youtube :)))

      Hapus