INDONESIAN SOUTH SEA PEARL HARTA KARUN DARI KEDALAMAN LAUT SELATAN INDONESIA





Mutiara dalam lautan... Cendrawasih burung Irian...

Kok jadi teringat lagu anak-anak jaman dulu ya *fokus*

Mengapa mutiara nyaris nggak terdengar gaungnya dibanding berlian atau perhiasan dari emas dan perak? Berapa banyak orang Indonesia yang familiar soal mutiara atau perhiasan mutiara khususnya mutiara dari kerang laut? Saya rasa nggak banyak, termasuk saya :)

Dan saya tersadar akan hal ini ketika mengikuti acara Pre-Event Gathering Indonesian Pearl Festival 2016 yang diselenggarakan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KPP) pada tanggal 12 Oktober 2016 lalu. Acara ini diadakan dalam rangka menyambut acara Indonesian Pearl Festival ke-6 bulan November mendatang, sekaligus menjadi forum bisnis di bidang kelautan dan perikanan.

Selama acara berlangsung, saya diberi pengetahuan baru sekaligus menghidupkan kembali kenangan berkaitan dengan mutiara. Saya ingat, dulu mami saya punya seuntai kalung mutiara, saya suka banget kalau mami mengenakan kalung itu. Di mata saya mami kelihatan lebih anggun dan cantik.

"The pearl is the queen of gems and the gem of queens"

Saya rasa quotes tersebut ada benarnya. Ratu Elizabeth, Ratu Paola dari Belgia, Jackie Onasis, Grace Kelly, Lady Churchill, Coco Chanel adalah sederet wanita terkenal di dunia pecinta kalung mutiara. Ketika mengenakan kalung mutiara sebagai pelengkap busananya, mereka kelihatan cantik, anggun dan classy.

Perhiasan mutiara di Indonesia sepertinya kurang populer, padahal Indonesia adalah salah satu penghasil mutiara terbaik di dunia. Mutiara milik Indonesia termasuk ke dalam jenis south sea pearl atau dikenal sebagai Indonesian South Sea Pearl alias ISSP.

Mutiara jenis ini dihasilkan oleh kerang mutiara Pinctada maxima yang hidup di perairan yang berada di wilayah laut selatan. Filipina juga punya kerang jenis ini, tapi hanya dapat hidup di perairan bagian selatan saja (Pulau Palawan). Di Australia juga ada, tapi hanya ditemukan di laut utara sampai barat saja. Bandingkan dengan Indonesia yang seluruh wilayah laut selatannya bisa menjadi tempat hidup kerang Pinctada maxima ini, dahsyat kan.

Sejarah Mutiara Indonesia

Kita menengok ke belakang sebentar yuk supaya tahu sejarah mutiara di Indonesia. Dan ternyata mutiara sudah menjadi perhatian sejak tahun 1800. Pada tahun tersebut keluar peraturan pemerintah Hindia Belanda di bidang perikanan yang pertama, mengenai pengelolaan tiram mutiara dan terumbu karang. Kemudian seorang saudagar dari Banda Neira mempersembahkan hadiah mutiara sebesar telur burung merpati kepada Ratu Emma (yang saat itu berkuasa di Belanda), dan dipercaya sebagai mutiara laut selatan terbesar di dunia *Epik sekali*.

Pada tahun 1921 Dr. Sukeo Fujita, seorang peneliti dari Jepang mengadakan penelitian di P. Buton. Ia mengambil tiram mutiara dari laut Arafura, dan berhasil menghasilkan mutiara laut selatan hasil budidaya yang pertama pada tahun 1928. Kemudian Mitsubishi membuka perusahaan budidaya mutiara di Indonesia sampai tahun 1938. Setelah tahun itu kegiatan budidaya terhenti akibat perang. Mulai tahun 1970 budidaya mutiara dihidupkan kembali menggunakan kerang alam. Tahun 2005 Indonesia menjadi produsen terbesar di dunia tetapi nilai jualnya hanya menduduki peringkat ke-2. Tahun 2008 harga mutiara jatuh menyebabkan banyak perusahaan budidaya yang tutup. Penyebab lain adalah penurunan kualitas air akibat dari global warming effect.

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Ada empat jenis mutiara yang diklaim sebagai mutiara terbaik di dunia, yaitu South Sea Pearl, Akoya, Black Tahitian, dan Fresh Water Pearl. Perhatikan perbandingan dari keempat jenis mutiara tersebut.
Perbandingan ukuran dari empat jenis mutiara
image credit : pearlparadise.com
Dari bagan di atas sudah kelihatan kan keunggulan dari south sea pearl (SSP). Ukuran terbesar bisa mencapai diatas 16 mm tapi jarang terjadi. Varietas south sea pearl menghasilkan dua jenis warna yaitu gold dan silver. Indonesia diklaim sebagai produsen south sea pearl terbesar di dunia, 50% produksi SSP dunia berasal dari Indonesia.

Sayangnya Pinctada maxima di Indonesia sudah termasuk kategori species langka. Oleh karena itu KPP memberikan himbauan agar ISSP tidak diambil dari kerang alam. ISSP sekarang dibudidayakan dengan bantuan tangan manusia. Berikut ini adalah rangkaian prosesnya.

source : pesona.co.id
Proses budidaya ISSP bukanlah hal yang sederhana dan bisa diambil hasilnya dalam waktu singkat. Pertumbuhan kerang mutiara sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor: kondisi perairan, temperatur, PH, salinitas, plankton, dan lain-lain. Dari pembibitan sampai masa panen memakan waktu kurang lebih empat tahun. Satu kerang Pinctada maxima hanya menghasilkan satu mutiara, dengan persentase keberhasilan hanya 70% saja dari seluruh jumlah kerang yang dipanen.

Menurut Ibu Nelia, dari Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga ISSP menjadi tinggi dibanding jenis mutiara lainnya. Beliau menyampaikan hal tersebut pada saat pertemuan dengan media dan Blogger di acara Pre-event Gathering IPF 2016 lalu.

Selain proses budidaya, nilai sebutir mutiara ini tentu saja ditentukan oleh grading-nya. Kriteria penentuan grading tergantung pada lima hal berikut:
  1. Bentuk (shape)
  2. Kilau (luster)
  3. Permukaan (surface)
  4. Warna (color)
  5. Ukuran (size)


Sangat disayangkan bahwa ISSP belum menjadi primadona di negeri sendiri. Sebabnya mungkin ya masalah harga yang tinggi itu. Sebagai gambaran, Anthony Tanios (Asbumi) memberikan keterangan pada tahun 2014 harga ISSP mencapai USD 10 per gram (sumber: Kontan online). Wow! Ukuran berat satu butir mutiara itu disebut momme, 1 momme setara dengan 3,75 gram. ISSP yang sudah menjadi perhiasan harganya akan lebih tinggi lagi.

Masyarakat awam jika diminta memilih beli perhiasan emas, berlian atau mutiara, tentu memilih emas dan berlian. Sebab dua jenis perhiasan tersebut mudah dijual kembali, jadi ada nilai investasinya. Sedangkan mutiara belum banyak yang tahu kalau jenis high quality semacam ISSP ini, nilai investasinya bisa menyamai bahkan melebihi berlian.


photo credit : eliedesign.com

Jika orang awam disodori perhiasan mutiara seharga puluhan juta rupiah, pasti shock, karena nggak akan menyangka ada seuntai kalung mutiara seharga uang muka rumah bahkan seharga mobil. Ini wajar terjadi karena masyarakat biasa mungkin hanya mengenal mutiara air tawar yang bisa didapat dengan harga jauh lebih murah. Berkaitan dengan hal ini, perlu adanya upaya edukasi agar masyarakat Indonesia mengenal ISSP lebih dalam lagi.

Dengan kondisi demikian, nggak terlalu heran kan jika ISSP ini lebih banyak disalurkan untuk komoditi ekspor. Prosentasenya sangat besar dibandingkan untuk peredaran pasar lokal. Pasar lokal sendiri, paling hanya dilirik oleh penggemar atau kolektor perhiasan mutiara dan turis mancanegara.

Kabar baiknya angka statistik volume dan nilai ekspor ISSP meningkat di tahun 2014 dan 2015. Volume ISSP mencapai 56,2% dari produksi SSP dunia, dengan nilai ekspor mencapai 31,2 juta dolar AS.

Namun demikian, dalam satu kesempatan Menteri KPP Ibu Susi Pudjiastuti menyampaikan ketidakpuasannya. Menurut beliau mestinya nilai ekspor ISSP jauh lebih besar dari itu. Karena dibandingkan dengan Australia yang mengklaim produksi SSP-nya 13% dari produksi SSP dunia, nilai ekspornya mencapai 122 juta dolar AS. Wah! bedanya jauh sekali. Bu Susi memperkirakan ekspor ISSP itu bisa mencapai 200-300 juta dolar AS, dan rendahnya nilai ekspor ISSP itu disebabkan masih banyak ekspor ilegal sehingga tidak tercatat. Kabar ini dikeluarkan oleh suaramerdeka.com.

photo credit : ebay.com
ISSP adalah salah satu produk kelautan dengan nilai jual yang tinggi. Dalam pidatonya di acara pre-event Gathering IPF 2016, Bu Susi berpesan untuk memperkuat bisnis serta investasinya, yang tentu saja butuh keterlibatan banyak pihak. Investor, supplier, pengusahanya, birokrasi. Beliau juga menegaskan kalau perlu libatkan perbankan dan BUMN. Mutu dan harga ISSP harus bisa bersaing di pasar lelang internasional.

KPP sendiri sejak tahun 2015 sudah turut berperan dalam usaha pembudidayaan kerang mutiara ini dengan program penyebaran benih melalui Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) dan mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan peraturan zonasi atau tata ruang. Sebab budidaya mutiara memerlukan lokasi yang bebas limbah dan pencemaran lainnya (sumber: Kontan online).

Lestarikan Indonesian South Sea Pearl

Kalau urusan budidaya untuk orientasi bisnis sudah ditangani pemerintah dan pengusaha, bagaimana dengan pelestarian kerang mutiara yang alaminya. Sepertinya kita juga bisa membantu usaha pelestarian ini dengan cara paling sederhana, yaitu dengan menjaga kebersihan laut Indonesia termasuk pantainya.

Sepertinya ada positifnya juga ya mitos Ratu Pantai Selatan itu. Dengan keberadaan Nyi Ratu, orang kan jadi segan untuk merusak laut (khususnya laut selatan) karena takut kena kutukan Nyi Ratu *haha*. Seandainya benar Nyi Ratu itu ada, tugasnya berat lho menjaga laut selatan itu, karena ternyata di kedalamannya terdapat harta karun yang luar biasa. Si mungil yang cantik, berkilau dan bernilai tinggi, yaitu mutiara laut selatan Indonesia.

Semoga dengan cerita saya ini, teman-teman bisa turut merasa bangga (seperti yang saya rasakan) dan tersadarkan betapa kita bangsa Indonesia ini diwarisi begitu banyak keindahan yang berharga. Maka kewajiban kita untuk turut menjaganya, jangan sampai tahu-tahu diklaim oleh negara lain. Sakit kan.

Kalau teman-teman penasaran dan ingin menyaksikan sendiri keindahan Indonesian South Sea Pearl ini, kunjungi Indonesian Pearl Festival 2016, yang akan diselenggarakan mulai tanggal 9 - 13 November 2016 di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan. Di sana banyak event yang menarik seputar ISSP, seperti klinik mutiara, lelang mutiara, pameran perhiasan south sea pearls. Kita bisa bertemu dengan para pelaku usaha mutiara, karena event tersebut akan menjadi ajang promosi Indonesia sebagai penghasil mutiara dunia dan memperkuat branding "Indonesian South Sea Pearl (ISSP)". 

Sampai ketemu di sana ya!



Love,





Sumber tulisan:
1. Bahan Materi Lomba Tulis Blogger (Usaha Budidaya Mutiara Indonesia)
2. Press release Pre-event Gathering IPF 2016
3. Sumber-sumber lainnya

4 Comments

  1. Euleuh... jadi pengen mutiara-mutiara itu deh. Canteeeek.

    BalasHapus
    Balasan
    1. elehaaaan yah... keren emang ih mutiara, pengen kalung panjang, tapi berapa harganya? :D

      Hapus
  2. Eeuh, itu mutiaranya cakep amaat. Yang tahitian lucu juga Mbak..warna hijau?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang cakepp-cakep... bukan hijau Vin itu hitam

      Hapus