[REVIEW] 19 JURUS MABUK: MENAKLUKAN KETAKUTAN MENJADI PENULIS



Judul Buku : 19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres
Penulis : Mayoko Aiko, Ceko Spy, dkk
Penerbit : Universal Nikko
Cetakan : I, Agustus 2015
Jumlah Halaman : 285 halaman
ISBN : 978-602-9458-21-3


Bukan takut barangkali, tapi nggak percaya diri.  Iya, nggak pe-de-nya itu karena belum apa-apa sudah takut duluan. Takut mencoba, takut salah, takut nggak bagus, takut kehabisan ide, dan sebagainya. 

Ibarat penerjun ya pasti ada alat safety-nya lah. Parasut. Nah, kalau ingin jadi penulis ya bekali diri dengan banyak membaca. Sebagai dasar, bacalah buku-buku mengenai teknik atau cara menulis. Banyak kan? Untuk mempertajam skill baca novel-novel dengan genre yang menjadi minatmu.  

Masalahnya memang, buku-buku teori yang ada itu biasanya satu buku membahas satu tema secara spesifik. Apakah itu cara menulis cerpen saja, atau novel saja. Jarang ada buku yang menggabungkan lebih dari satu tema.  

Nah, sekarang ada buku yang lain daripada yang lain. Dalam satu buku isinya membahas 19 genre sekaligus dalam bidang kepenulisan ini. Sembilan belas! 

Buku ini semacam buku “keroyokan” yang ditulis oleh tentu saja sembilan belas orang penulis. Dari mana? Siapa saja? Memangnya mereka penulis terkenal?

Begini, kesembilan belas penulis ini-- tepatnya sih delapan belas ya, karena yang satu orang lagi tambahan sebagai bonus dan sudah berskala Master-- tak akan gegabah. Penulis-penulis dari berbagai usia dan genre ini disatukan oleh sebuah grup di Facebook yang dikenal dengan nama Grup Cendol: Cerita, Nulis, dan Diskusi Online.

Di Grup itu (semasa masih aktif), setiap hari Jumat diadakan program sharing mengenai kepenulisan oleh penulis-penulis senior. Materinya benar-benar matang dan bermanfaat untuk adek-adek yang baru melangkah menjadi penulis (buat saya juga dong). Selain itu ada kelas-kelas pantun, puisi, cerpen, bedah novel, dan lain-lain.

Delapan belas orang yang dulu belajar bersama-sama dari materi Jumat Cendol dan kelas-kelasnya itu, sudah memetik manfaatnya dan mulai menebar karyanya di berbagai media cetak. Beberapa orang bahkan sudah menerbitkan banyak novel. Dan sekarang mereka berkumpul kembali di buku ini, untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka. Keren ya!

Judul “19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres” terdengar unik,  apa makna yang terkandung dalam judul tersebut?
Adapun kenapa kami menyebutnya “Jurus Mabuk” karena kegiatan menulis adalah kegiatan trance, di mana penulis masuk ke dunianya sendiri. Lalu mengapa sukstres? Suktres ini gabungan dari sukses dan stres. Dalam menghasilkan karya apa pun ada masa ketika seseorang mengalami tekanan, tapi karena itulah seseorang menuai kesuksesan. Di sisi lain, menulis adalah kegiatan yang menyenangkan. Sehingga kami menggabungkannya dengan penyebutan sukstres alias sukses tanpa stres (Jurus Pengantar, Mayoko Aiko, CEO Universal Nikko)
Benar juga ya. Menulis kadang-kadang bikin stres, tapi (buat saya) menyenangkan. Ah. Saya juga pengen dong jadi penulis sukstres, sukses tanpa stres *good idea*

Secara mendalam, pembahasan dalam buku ini dibagi ke dalam tiga segmen, yaitu:

FIKSI












Menulis (romance) bukanlah perkara yang sulit, tapi tak bisa juga dikatakan mudah.
(Ari Keling, halaman 1).

Benar itu, karena menulis walau kadang ada penulis yang bilang, menulis saja dulu urusan teknik dan lain-lain belakangan, tetap memerlukan pengetahuan untuk melakukannya. Minimal elemen-elemen dasar semacam: tokoh, setting, dialog, plot, sudah tahu ya.

Di beberapa bagian yang membahas dasar penulisan novel dan cerpen, baik itu yang bergenre romance, horor, komedi, elemen-elemen tersebut dibahas secara mendetail. Tidak hanya teori saja, asyiknya buku ini juga menyajikan contoh-contoh. Pembaca jadi mudah mengerti dan mempraktikkan pada tulisannya nanti *Good point*


contoh penulisan setting di Jurus Teenlit Berisi oleh Vivi Hardika

Terus terang saya skip pembahasan horor mistis, serem ah membaca contoh-contoh yang diberikan penulisnya, Lonyenk Rap. Tapi yang pasti, Lonyenk nggak pelit bebabagi trik-trik menulis cerpen/novel horor yang membangkitkan bulu kuduk pembacanya *awas di belakangmu...* Hiii...

Ceko Spy, yang sekarang aktif sebagai Editor script sitkom di Trans TV berbagi jurus menulis cerpen/novel komedi. Berbagai jurus pemancing tawa dikeluarkan Ceko dengan senang hati.

Yang menarik perhatian saya—dari dulu bahkan—adalah jurus menulis fans fiction. Dari penuturan Ocuz Wina, saya baru ngeh betul apa itu yang disebut fan fictions atau fan-fics. Biasanya genre ini digandrungi oleh orang-orang yang menyukai musik, film, drama, anime, maupun buku-buku fiksi.
Mereka menulis fan-fics dengan karakter yang diambil dari tokoh idolanya, dengan jurus “What if” atau "bagaimana jika".  Maksudnya? Ya beli deh bukunya biar jelas *ini saya reviewer apa buzzer sih, galau*




Hufffh... seru deh buku ini. Masih panjaaaang pembahasannya, Kakak.

NON FIKSI



Segmen ini membahas jurus-jurus menulis buku yang isinya bukan fiktif atau karangan. Isi tulisannya real berdasarkan kisah nyata, pengalaman pribadi seseorang, atau menuliskan metode untuk penyelesaian satu permasalahan. 

Menjadi penulis itu harus mau kerja keras dan bukan pekerjaan instan.
(Eva Sri Rahayu, halaman 135)

Yang menarik di bagian jurus menulis buku memoar. Penulisnya memberikan bocoran bahwa ada perbedaan antara buku memoar dan biografi. Saya juga awam, selama ini mengira sama saja atau alias, ternyata ada perbedaannya.  

Di segmen ini juga ada step-step menulis buku non-fiksi yang disukai penerbit. Jelas dan rinci. Wah saya yang selama ini give-up kalau disuruh nulis buku non-fiksi, jadi merasa percaya diri. Serius.

Selain itu, masih ada juga pembahasan personal literature, bagaimana menulis blog yang cerdas, dan menulis buku motivasi.


TIPS DAN TRIK













Penting bagi seorang penulis memahami pakem-pakem yang biasa diaplikasikan di setiap genrenya, tetapi seorang penulis juga harus tahu tips dan trik dalam penulisan. Tips dan trik yang jitu itu biasanya datangnya dari pengalaman. 

Nah, buku ini juga membahas jurus-jurus yang termasuk ke dalam tips dan trik tersebut. Tentu saja pembahasnya sudah memiliki jam terbang yang cukup untuk membagi tips dan trik apa yang sebaiknya diterapkan dalam menulis.

Sudah tiga segmen dengan banyak jurus, tapi masih ada bonusnya, mau? Cuma ada di buku ini.  Dan saya merasa senang, karena bonusnya adalah ilmu yang sudah lama saya “penasaranin” yaitu menulis TVC (TV Commercial) alias iklan televisi.

Nah, demi memberikan bonus yang rupawan ini, praktisi iklan sejati Mayoko Aiko rela turun menara gading demi membagi ilmu periklanannya. Pria yang sudah beberapa kali mendapatkan award untuk iklan-iklannya ini membahas tuntas iklan televisi mulai dari konsep, kelemahan dan keunggulannya. Nggak cuma itu, saking rajinnya, Mas Mayoko juga melengkapi materinya dengan lampiran istilah-istilah yang dipakai dalam menulis script iklan, dan contoh story board sebuah iklan.  Wah!

Kurang apa lagi coba. Secara pengetahuan, buku ini cukup komplit dan merangkum keingintahuan saya pada genre-genre yang belum saya sentuh. Namun, tak ada gading yang tak retak, bukan? Ada sedikit yang mengganggu saya, yaitu soal cetakan dan kualitas kertas, juga gaya bertutur yang nggak seirama. Memang susah ya menyeragamkan delapan belas orang itu. 

Namun, secara keseluruhan, buku ini layak diacungi jempol, karena manfaatnya banyak. Praktis dan hemat. Gimana enggak hemat, dengan hanya membeli satu buku, kita sudah dapat banyak pengetahuan untuk beragam genre tulisan.

Tapi, kalau mau menurutkan kebaperan pribadi sih, buku ini menyisakan pertanyaan, “kok nggak ada jurus menulis cerita anak?”  *melengos*

Itulah salah satu bukti bahwa cerita anak atau buku bacaan anak masih menjadi anak tiri di peta literasi/sastra Indonesia. Ugh!  *yakaliii kalau ada juga belum tentu Anda yang diminta menulisnya* dan baper saya pun nambah lagi. Hahaha...

Anyway, kalau ada adek-adek, ibu-ibu, bapak-bapak, mas-mas, yang sudah mulai menulis tapi masih bingung “saya mau nulis apa dan genre apa” coba deh baca buku ini, saya yakin pertanyaan Anda bakal terjawab.

Sekian dari saya. Salam Sukstres untuk Anda.


20 Comments

  1. Ih naha atuh ga ada jurus menulis cerita anak? Da hese atuh. Saya ge teu bisa-bisa. Terus, ada jurus menulis untuk lomba blog, ga? Ikutan baper ah. Wkwkwk.... *minta digiles teng waja*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Kita para modus-modus ini meni gak diaku ya

      Hapus
  2. Wahahaha Teteh-teteh, ini kayaknya mesti bikin buku season duanya yang ada jurus cernak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kirain saya yg pura-pura baper tau ya ada juga *nunjuk atas*

      Hapus
  3. Asik, ya. Berasa baca tulisan anak SMA gitu. Hhahaahha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya gimana nih, kalo secara gaya gaulnya aku tersanjung, kalo sisi intelektualitasnya aku tersinggung nih... Haha

      Hapus
  4. Balasan
    1. terima kasih Vindy, isi bukunya emang bagus :D

      Hapus
  5. Inget jurus mabuk, inget Wong Fei Hung saya, Bun :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. teng teng teng teng teng teng teng... jadi inget soundtracknya :D:D

      Hapus
  6. Padahal kan tersungging iya kan teteh hahahaha

    BalasHapus
  7. Oh, iya, teh. Ini blog pakai domain .com sayang pake tempalte begini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sengaja, gak apa-apa justru simpel make perfect. gak mau yang rame2 ah

      Hapus
  8. selalu suka baca buku curhatan para penulis gini, ada aja ilmu baru yang dipetik #pohonkaliii

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyap betul... belajar dari pemula justru lebih berasa "dekat" ya daripada belajar dari empu-empu sakti mandraguna :D

      Hapus