YANG TAK TERGANTIKAN: SEBUAH FILM LAGI TENTANG KELUARGA

 



Judul Film : Yang Tak Tergantikan
Sutradara : Herwin Novianto
Produser : Frederica (Falcon Picture)
Penulis : Gunawan Raharja, Herwin Novianto
Pemeran : Lulu Tobing, Dewa Dayana, Yasamin Jasen, Maisha Kanna
Tanggal Rilis : 15 Januari 2021 di Disney+ Hotstar

Sinopsis:

ARYATI seorang single parent yang hidup bersama tiga anaknya, BAYU, TIKA, dan KINANTI. Untuk menghidupi anak-anaknya, Aryati bekerja sebagai driver taksi online. Namun, setelah mengalami dua kali kecelakaan, Aryati menyerah. Dia berubah haluan menjadi pengusaha makanan lewat penjualan online. Setelah bercerai dengan suaminya, Aryati harus menghadapi segala persoalan hidup sendirian. Hidupnya tak selamanya mulus, apalagi menghadapi anak-anaknya yang sedang dalam usia kritis. Bayu, si sulung yang diharapkan membantu meringankan bebannya, ternyata menyembunyikan kenyataan kalau dia di-PHK dan melarikan kesedihannya pada obat terlarang. Tika, anak tengah, yang sedang dalam masa pubertas sering memicu kekesalan ibunya. Kinanti, si Bungsu, walau paling berprestasi di antara saudara-saudaranya, tetapi ia selalu menuntut jawaban atas pertanyaan yang tak pernah dijawab ibunya, yaitu alasan mengapa mereka bercerai. Namun, Aryati berusaha mengatasi satu per satu persoalan yang datang dengan tabah dan kepala tetap dingin.


Saya sungguh salut pada Aryati sebagai kepala keluarga baru di keluarga yang tak lengkap itu.  Sikapnya menampilkan sosok ibu yang ideal.  Ibu yang selalu bisa diandalkan oleh anak-anaknya.  Ibu yang sukses membentuk karakter anak-anaknya, sehingga mereka saling menyayangi, saling peduli, dan saling bisa mengandalkan satu sama lain.

Selain itu, Aryati juga menjadi wakil ibu-ibu yang menghadapi setiap persoalan anak-anaknya dengan kepala dingin dan hati tenang, sebesar apa pun masalah yang sedang dialami anaknya.  Misalnya, saat dia mulai curiga kalau Dewa menggunakan obat terlarang.  Penyelesaian masalah mereka sungguh mengharukan.  Di depan Dewa dia berusaha tabah, mengakui kesalahannya karena dia beranggapan kalau perceraiannya juga turut andil dalam keterpurukan Dewa.

Dengan tenang Aryati membicarakannya baik-baik.  Tetapi, saat Dewa tidak ada, dia menangis dengan sangat pedih.  Sungguh saya bisa melihat perasaan seorang ibu yang hancur dan putus asa karena harus menghadapi masalah sendirian, namun berusaha tegar demi mengembalikan anaknya ke jalan yang benar.  Tidak ada teriakan, bentakan, tamparan, perbuatan yang bisa melukai anak lebih dalam lagi.  

Juga saat menyelesaikan persoalan pubertas anak gadisnya yang gemar memakai baju ketat, termasuk seragam sekolahnya, dan mulai punya teman dekat.  Aryati mengajak bicara Tika dari hati ke hati.  Walau tampak Tika menanggapinya dengan hati masygul dan tidak menuruti kemauan ibunya.  Yang menjadi hiburan satu-satunya hanyalah anak bungsunya.  Kinanti membanggakan seluruh keluarga dengan prestasinya di bidang catur.  Kinanti yang ditampilkan sempurna, malah menjadi trigger kecemburuan Tika atas perhatian ibunya pada adiknya.

Namun, Kinanti pun tak luput dari persoalan.  Dia diberitahu oleh teman sekelasnya, kalau si teman melihat ayah Kinanti sedang jalan bersama perempuan muda.  Inilah yang menjadi kunci jawaban alasan perceraian Aryati dengan ayah anak-anaknya.  Juga rahasia Aryati mengapa menutupi alasan perceraiannya.  Semuanya menjadi terbuka.  Tetapi, lagi-lagi sikap Aryati menanamkan nilai pada anak-anaknya untuk tetap menghargai dan menghormati ayah mereka juga bikin salut.

Sesabar-sabarnya sosok Aryati, suatu saat akan meledak juga.  Ketika desakan untuk segera melunasi uang kontrakan rumah semakin menekan, Tika bertingkah dengan pemberontakannya.  Aryati pun meledak.  Dia marah besar pada anak-anaknya.  Namun sesudahnya dia menyesali perbuatannya yang tak adil pada anak-anaknya.  Tetapi, justru adegan ini menyadarkan saya pada sifat manusiawi Aryati.  



Keunikan lain dari film ini, sosok "Ayah" sengaja tak ditampilkan.  Adegan kebersamaan Kinanti bersama ayahnya, atau ketika Aryati marah-marah di telepon pada mantan suaminya, cukup bagi saya menyadari bahwa sosoknya nyata.  Saya suka bagian ini karena penulis skenario tidak menampilkan adegan klise perseteruan pasca perceraian antara mantan istri dan mantan suami yang melelahkan, ala-ala sinetron. 

Satu lagi, film ini menyuguhkan adegan-adegan yang cepat.  Tidak terjebak oleh pembahasan satu masalah yang bertele-tele.  Tetapi sebagai penonton, saya nggak merasa terganggu sama sekali, duduk perkaranya cukup jelas untuk dimengerti.  Padat, nggak ada plot hole gitu kalau istilah novel sih.

Film ini nggak selamanya menampilkan persoalan karakter-karakternya.  Ada sisi jenaka  yang ditampilkan untuk menetralisir sisi kelam itu.  Kemunculan Babe Ucup sebagai cameo cukup membuat perasaan jadi ringan kembali.  Babe Ucup siapa, sih? Babe Ucup itu kakek kelasnya Aryati di SMA.  Kok kakek kelas? Nonton aja deh, nanti bakal tahu kenapa disebut kakek kelas, auto nyengir pokoknya.

Setelah "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini", ini film bertema keluarga kedua yang saya tonton.  Hmmm, mungkin sedang trend film keluarga semacam ini ya.  Tetapi saya setuju, sih, kalau film keluarga kembali dihidupkan untuk konsumsi layar lebar.  Banyak sekali value yang bisa kita ambil hikmahnya.  Menginspirasi untuk dicontoh di kehidupan nyata kita.  Merekatkan kembali ikatan yang mungkin mulai renggang akibat lelah menghadapi pandemi juga.

Yang paling berkesan buat saya, sih, bagian endingnya.  Itulah kunci komunikasi demi menghidupkan hubungan antar keluarga yang harmonis.  Sering-sering ngobrol ... di .... ah nonton aja deh, nanti spoiler lagi.

Nontonnya di mana?

Film ini hanya dirilis di channel Disney+ Hotstar.  Supaya bisa menonton film ini, memang harus berlangganan dulu channelnya.  Tapi nggak rugi kok langganan channel ini.  Biaya bulanannya termasuk terjangkau, dan di sana banyak film juga yang aman ditonton bersama keluarga, terutama yang masih punya anak kecil, dibanding channel lainnya.

Segitu aja dulu deh cerita tentang filmnya.  Nanti saya cerita lagi ya, kalau ada film yang menarik untuk dibahas.  Bye!


Love,



6 Comments

  1. Aku makin suka Ama akting Lulu Tobing. Selalu total banget tiap kali dia meranin tokoh2 apapun. Walopun spertinya blm prnh jd antagonis yaaa.

    Menarik ceritanya mba. Film dengan tema keluarga aku sering nonton. Kdg pas lagi ngumpul Ama suami ato anak2, kami nonton bareng, trus diskusi ttg isi film. Jd mereka juga ngerti dan bisa belajar dr film tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, pengalaman dia juga main film udah lama sih ya. Film tema keluarga gini memang bagus ya menginspirasi.

      Hapus
  2. jadi kepingin nonton nih mba ina ...

    BalasHapus
  3. Lagi asyik baca pelan-pelan tiba dinikin penasaran dengan sosok si 'Kakek Kelas' yang awalnya saya kira mba Ina typo, hehehe. Saya jadi penasaran nonton film lengkapnya apalagi pemeran Aryati-nya Lulu Tobing, aktris senior.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah... asli lho kakek kelas

      Hapus