MENCETAK AGEN PERUBAHAN UNTUK MENGHENTIKAN KEKERASAN BERBASIS GENDER




Ayah dan Bunda, pernahkah mendengar berita anak perempuan yang menjadi korban kekerasan fisik oleh teman laki-lakinya? Atau anak perempuan kelas dua sekolah dasar, korban perkosaan secara berkelompok oleh kakak kelasnya? Celakanya dua peristiwa itu terjadi di lingkungan sekolah. 

Bagaimana mungkin? Bukankah sekolah seharusnya menjadi lembaga yang ramah anak, tempat teraman kedua setelah rumah? Fakta berkata sebaliknya, sekolah belum aman.


 

Fakta dan Data

Survei dari Koalisi Ruang Publik Aman pada tahun 2019, menyebutkan bahwa sekolah menempati posisi ke-3 ruang publik tempat terjadinya kekerasan seksual, setelah jalanan umum dan transportasi publik. KPAI merilis data pada tahun 2019, ada 123 anak yang menjadi korban kekerasan di institusi pendidikan. Sedangkan data dari Deputi Perlindungan Anak KPPPA menyatakan ada 3.296 anak perempuan dan 1.319 anak laki-laki menjadi korban kekerasan selama 1 Januari – 24 Juli 2020. 

  
Angka kekerasan tertinggi selalu menimpa anak perempuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kekerasan berbasis gender (KBG) secara spesifik adalah kekerasan terhadap perempuan. Data survei juga membuktikan bahwa anggota keluarga menjadi pelaku kekerasaan tertinggi kedua setelah teman sebaya.





Menurut Bapak Hendarman, Kepala PUSPEKA Kemdikbud RI, angka kekerasan terhadap anak semakin mengkhawatirkan. Apabila dibiarkan akan menjadi bahaya laten dalam kehidupan kita. Namun, beliau juga menegaskan, bahwa pencegahan dapat dilakukan mulai dari rumah. 

Penuturannya senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Maria Ulfah Anshor, Komisioner Komnas Perempuan, bahwa kekerasan terhadap perempuan/anak ini sudah berlangsung secara turun temurun, dampak dari budaya patriarki yang sudah mengakar. Oleh karena itu mencegah dan menghentikan KBG harus dilakukan secara sistematik, yang dimulai dari penguatan karakter individu.

Di sinilah peran kita, Ayah dan Bunda. Kita bisa turut melakukan aksi nyata dalam upaya pencegahan dan penghentian KBG ini. Langkah yang paling dekat adalah mencetak “agen perubahan” untuk menghentikan KBG. Siapa mereka?

Mereka adalah anak laki-laki kita, Ayah dan Bunda. Menyalin penuturan Ibu Maria Ulfah, peran orang tua sangat besar dalam menguatkan karakter individu, khususnya anak laki-laki, dengan mengajarkan sejak dini bahwa melakukan kekerasan itu adalah perbuatan yang buruk. Tujuannya, supaya anak tidak menjadi pelaku kekerasan di masa anak-anak, masa dewasanya, dan terus sampai akhir hayatnya.


Bagaimana caranya?

Kita bisa meniru Indra Brasco dalam mendidik anak-anaknya untuk mencegah terjadinya KBG. Ia juga memberikan perhatian khusus dalam mendidik anak laki-laki semata wayangnya, supaya menghormati teman-teman perempuannya.

Pertama, Indra selalu menekankan makna “kamu sangat berharga” pada anak-anaknya. Ia akan meminta izin dulu apabila perlu melakukan tindakan yang berkaitan dengan tubuh anak-anaknya. Misalnya, saat memandikan atau mengenakan/mengganti baju mereka. Dengan demikian anak tahu bahwa tubuhnya berharga, sehingga orang tidak bisa sembarangan menyentuh tubuhnya tanpa izin.

Yang kedua, ayah empat anak ini memberi contoh bagaimana ia memperlakukan ibu mereka, seperti memperlakukan dengan baik dan menunjukkan sikap menyayangi secara terbuka. Dengan demikian anak laki-laki pun akan meniru, menjadi penyayang, dan jauh dari sikap yang kasar.
 

Sumber: dirangkum dari berbagai artikel parenting


Demikianlah Ayah dan Bunda, ide untuk mencetak anak-anak laki-laki kita sebagai agen perubahan untuk menghentikan KBG ini. Semoga upaya kita ini dapat mengubah angka KBG khususnya terhadap anak, sampai zero KBG.

Siap Ayah dan Bunda? Mari kita mulai, dari detik ini.



Love,





Sumber tulisan:


 Link Webinar klik di sini



20 Comments

  1. Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. hahaha sempet salah lapak, bales komen aja gugup 😁 nuhun Bu Vin

      Hapus

  2. iyah, membangun atmosfer yang positif harus ditanamkan sejak dini dalam keluarga. Termasuk sikap dalam menghargai perempuan.

    Bukan hanya kaum lelaki yang menunjukkan perilaku menghargai perempuan. Kaum perempuan pun harus bisa menunjukkan, bahwa dirinya adalah berharga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepakat kalau begitu 😁 makasih udah mampir πŸ‘πŸ»

      Hapus
  3. Gagasan yang disampaikan plus contoh-contoh yang diberikan aplikatif sekali. Jempolll

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini merangkum materi dari para narsum, Kak Er, semoga bermanfaat ya

      Hapus
  4. Terima kasih atas sharingnya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama, semoga bermanfaat ya Upin 😁

      Hapus
  5. Balasan
    1. Makasih udah mampir, semoga menginspirasi ya

      Hapus
  6. Sekarang, punya anak perempuan atau laki-laki sama seremnya. Banyak doa semoga Allah lindungi mereka. Aamiin. πŸ€²πŸ˜‡πŸ˜˜❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Kak Shinta 😁 iya, bener banget, banyak doa sambil mendidik anak kita supaya jauh dari perilaku buruk gitu ya

      Hapus
    2. Hai Kak Shinta 😁 iya bener banget, semoga anak2 kita selamat nggak jadi korban apalagi pelaku, naudzubillahiminzalik

      Hapus
  7. Terima kasih mami untuk artikelnya😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Ria, semoga bisa menginspirasi ya

      Hapus
  8. setuju dg artikel ini , makasih sharingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat ya 😁 makasih sudah mampir πŸ‘πŸ»

      Hapus