PEMANFAATAN LIMBAH MENJADI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DI KOMPLEKS PABRIK CITEUREUP
Saat kepala lagi ngebul dan jiwa berasa hampa gara-gara
dipush mikirin ide dan mewujudkannya jadi satu naskah di sebuah workshop,
kemudian ada tawaran jalan-jalan itu… berasa lagi laper kemudian ada lontong
cap gomeh lengkap di depan mata *abaikan perumpamaannya, karena yang nulis lagi
ngidam lontong cap gomeh*.
Dan ketika hari H tiba, semangat banget bela-belain berangkat
langsung dari Serang tanpa transit Bintaro dulu seperti biasanya, kemudian bisa
sampe meeting point tanpa telat itu bahagia banget.
Berangkaaat!
Kemana?
Jyah sampe lupa bilang kalau saya diundang lagi sama
Indocement untuk meninjau plant terbarunya yaitu Plant 14 dan menyaksikan
proses pemanfaatan limbah yang dikelola untuk dijadikan bahan bakar alternatif
untuk menunjang proses produksi. Waw.
Sekitar jam 10:00 WIB lewat dikit, saya dan rombongan sudah
sampai di POS 8, Kompleks Pabrik Citerureup PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
(Indocement) dan langsung menuju kantor Plant 14. Di sini kami disambut oleh tim lapangan yang
akan mendampingi kami selama kunjungan, yaitu Pak Dika dan Pak Angga. Setelah mengisi buku tamu, kami “digiring” ke
ruang meeting. Di sini kami dipersilakan
untuk mengenakan perlengkapan safety
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk visitor.
Perlengkapan safety
yang harus kami kenakan lengkap dari atas ke bawah, yaitu helm, masker, vest
berwarna terang (hijau) dan sepatu safety.
De ja vu… sudah 12 tahun nggak pake perlengkapan seperti itu. Yes, saya juga mantan orang pabrik *hehe*,
walau posisi saya di office tapi setiap pagi harus jemput data ke control room, jadi harus pakai
perlengkapan seperti itu lah kalau memasuki area pabrik.
Safety caution seperti ini selalu ada di setiap sudut pabrik. |
PLANT 14
Setelah memakai perlengkapan dan mendapat pengarahan
mengenai safety, kami bergerak menuju lantai 3 gedung tersebut, di mana Control Room berada. Apakah control
room itu?
Control Room ini
ibarat otak produksi Plant 14. Semua
proses produksi dijalankan dan diawasi dari control
room. Tentu saja karena semuanya
sudah computerize ya, jaman sekarang
ya nggak ada kali pabrik manufacture
yang masih mengandalkan proses dengan cara manual. Nah, di control room ini segala sesuatu yang
berkaitan dengan produksi sudah terprogram.
Plant 14 ini adalah plant terbaru dari Indocement. Groundbreakingnya
dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.
Pabrik dengan sistem yang sudah terintegrasi dengan
kapasitas 4,4 juta ton semen per tahun, menghasilkan 10.000 ton klinker per
hari dan 3 x 240 ton per jam, diresmikan pada bulan Oktober 2016 lalu.
Plant yang disebut-sebut sebagai pengantongan semen dan
pusat dispatch terbesar di dunia ini, memiliki 5 lini fasilitas otomatis penuh,
dengan kapasitas 9.000 palet per hari dan 360.000 kantong per hari. Selain itu, plant ini memiliki peralatan quarry, sistem transportasi dan storage yang sudah diupgrade, juga tambahan satu unit mesin crusher dengan kapasitas 2.000 ton per jam. Mesin crusher
itu untuk menghancurkan bongkahan batu kapur yang menjadi material pembuatan
semen.
Masih ada keunggulan lain dari Plant 14 ini, yaitu memiliki
efisiensi energi terkini, sistem yang canggih dalam mengendalikan emisi serta
fasilitas produksi ramah lingkungan.
Selain melihat-melihat mesin-mesin di sekitar Plant 14, kami
juga diajak Pak Dika uji nyali. Yes uji nyali buat saya yang
(sesungguhnya) takut ketinggian. Kita
diajak naik ke tower suspension preheater. Ketinggian yang dicapai sekitar 150 meter,
tapi sebetulnya masih ada lagi area di atas itu, dan saya nggak berani naik
lebih tinggi lagi.
Untunglah kita naiknya pakai lift, coba kalau naik tangga booo… nyampenya kapan, sedangkan konon
jumlah anak tangganya aja mencapai 1.444 anak tangga. Tapi begitu sampai di atas, view-nya huwaaaa… keren banget. Di
bawah area plant seperti miniatur pabrik dari lego *haha*, di kejauhan hutan,
gunung, sawah… nggak ada lautan
adanya sungai… wah pokoknya speechless
deh. Rumah-rumah penduduk di sekitar
Citeureup dan kota Bogor di kejauhan.
Kebayang deh kalau malam hari, indah banget, view lampu-lampu di
mana-mana. Cuma… kalau saya sih ogah
diajakin naik ke tower itu
malam-malam. Horor story-nya itu yang nggak
tahan. Takut ada sesembak berambut
panjang tahu-tahu nongol di sebelah… hiiii… *dih merinding deh ngetik gini
juga*.
Suspension preheater
ini tempatnya material dipanaskan dulu sebelum masuk ke dalam kiln (mesin
penggiling). Suhunya udah pasti panaaaaas banget, jadi jangan coba-coba
deh pegang-pegang tabung si suspension
preheater ini, telapak tangan bisa rontok kulitnya.
Karena memang beresiko banget ya berada di area Plant ini,
jadi kita harus benar-benar memperhatikan rambu-rambu peringatan untuk masalah safety supaya kita terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu
saudara-saudara.
BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Ngomong-ngomong soal fasilitas produksi yang ramah
lingkungan, Indocement pun sudah menggunakan bahan bakar alternatif. Saat ini, Plant 7 dan Plant 8, Kompleks
Pabrik Citeureup sudah menggunakan bahan bakar alternatif sebesar 20% dari
kebutuhan bahan bakarnya.
Bahan bakar alternatif yang di lingkungan Indocement ini
disebut AFR (Alternative Fuel and raw material) ini berasal dari limbah Non-B3
dan B3, di mana untuk mengelolanya Indocement sudah mendapatkan izin dari
lembaga berwenang terkait. Limbah-limbah
ini berasal dari pihak ketiga, limbah dari lingkungan Indocement dan desa
mitra.
Limbah B3 itu contohnya:
sludge oil, plastik yang
terkontaminasi, cat bekas, limbah tekstil terkontaminasi. Sedangkan limbah Non-B3 itu seperti sekam
padi, bubuk gergaji, kertas dan karton bekas, refused derived fuel, ban bekas.
Material-material itu dicacah di mesin pencacah sampai
berbentuk kecil-kecil, kemudian dicampur semua material, dihaluskan lagi dan
terakhir dicampur bubuk gergaji untuk menyeimbangkan mutunya, baru dikirim ke
pabrik untuk dijadikan bahan bakar alternatif.
BIO DRYING
Selain limbah di atas, Indocement juga mengadakan peneitian
dan percontohan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi bahan bakar
alternatif. Prosesnya disebut BIO
DRYING.
Bio Drying merupakan metode pengelolaan sampah dengan metode
co-processing. Metode yang digunakan
adalah pengeringan dengan fermentasi mikroorganisme dari sampah kota yang
mengandung material yang mudah diuraikan mikroorganisme (decomposable) dalam
kondisi ketersediaan oksigen yang cukup.
Alat yang dibutuhkan untuk mengelola sampah dengan Bio
Drying adalah membran cover khusus,
yaitu semacam terpal yang dapat meloloskan uap air hasil pengeringan ketika
proses pengurangan kadar air dari sampah dimulai tapi uniknya terpal ini nggak
tembus air dari luar.
Satu bak bio drying bisa menampung sekitar 110 ton sampah
yang sudah dipilah. Setelah melalui
proses Bio Drying yang memakan waktu antara 21 – 25 hari ini, berat sampah
kering hanya tinggal 60 ton saja.
dua bak bio drying ini masing-masing berkapasitas 110 Ton |
Mesin blower yang membantu proses supply oksigen |
Ini lah Pak Angga, the sampah hero dari Indocement, maksudnya pahlawan pengelola sampah sehingga bisa dimanfaatkan lagi. |
Output dari Bio Drying inilah yang di atas disebut refused derived fuel, termasuk kategori
limbah Non-B3. Keunggulan metode ini adalah
meminimalisasi pencemaran udaraakibat bau sampah serta menekan perkembangbiakan
lalat.
Kurasa metode bio drying ini bagus juga diterapkan di
perkotaan-perkotaan yang krisis TPA alias tempat pembuangan akhir. Semoga ada pihak yang berwenang di
pemkot-pemkot baca tulisan ini jadi terinspirasi mengelola sampah yang baik dan
benar untuk mendatangkan manfaat. Pak
Bapak atau Bu Ibu yang berminat belajar soal Bio Drying ini, silakan belajar
sama Pak Angga, juragan persampahan di Indocement. Beliau ini belajar soal sampah aja nggak
tanggung-tanggung, sampai ke Jerman, lho.
Konon beliau ini juga seorang kandidat Doktor dengan penelitian masih di
bidang pengelolaan sampah. Bravo!
Demikianlah cerita jalan-jalan berfaedah saya. Buka mata, telinga dan hati, pengetahuan dan
wawasan pun bertambah. Asyik.
Sampai jumpa lagi di cerita jalan-jalan berfaedah berikutnya
ya.
Love,
Alternative Fuel
Citeureup Plant
CSR Indocement
Indocement
Indocement Plant 14
Industry
Pengelolaan Sampah
plant
travel
4 Comments
jadi inget penelitianku dulu limbah
BalasHapusiya, limbah adalah sarana prasarana paling penting untuk didaur ulang
berarti sampah-sampah kota di TPA yang numpuk itu bisa didaur ulang dengan cara yang sama seperti ini ya harusnya.
BalasHapusPengolahan limbah memang penting, ya. Nggak kebayang pabrik-pabrik besar semacam ini limbahnya pasti banyak banget setiap harinya. Mungkin CSR mereka bisa membantu masyarakat banyak mengolah sampah rumah tangga ya? Biar bermanfaat untuk lebih banyak orang lagi.
BalasHapusitu merupakan solusi bagi kota kotayang penuh dengan sampah, coba dibikinin kaya tadi biar lingkungan bersih dan masyarakat pun bisa diajak kerja sama dalam untuk mengunmpulkan sampah
BalasHapus