[REVIEW] GO KEO NO NOAKI PART 3: KEY TO THE SOUL, CACAR AIR, ANGON BEBEK, APA LAGI INI?
Judul Buku : Go Keo, No Noaki 3: Teka Teki K2Soul
Penulis : Ary Nilandari
Penerbit : Kiddo
Jumlah halaman : xii + 156 halaman
Cetakan : I, Mei 2015
ISBN : 978-979-0872-2
Selalu merasa senang jika ada teman penulis yang meminta bukunya untuk direview. Namun, tak semua teman "berani" mereviewkan bukunya pada saya, hahaha... kenapa, sih? Kadang-kadang ada perasaan nggak enak hati juga jika harus memberi ulasan jujur. Tapi, karena teman yang satu ini sudah wanti-wanti agar memberi review yang objektif, hati pun merasa tenang dan happy mengerjakannya.
Oke, bagi yang belum tahu atau membaca buku serial Go Keo No Noaki (GKNN) ini, silakan membaca ulasan saya untuk buku GKNN 1 di sini, dan buku GKNN 2 di sini.
Sekarang, mari kita tinjau *halah* seri ke-3 dari GKNN yang diberi sub judul "Teka-Teki K2Soul".
SINOPSIS:
Keo ketiban (lagi) kemarahan Noaki, gara-gara salah membawa
tukang pijit. Di buku sebelumnya,
diceritakan Noaki keseleo ketika lomba tangkap belut. Keo disuruh menjemput tukang pijit. Ternyata tukang pijit
yang dibawa Keo adalah tukang pijit, yang kalau mengurut sakit, tapi cepat
sembuh. Noaki tahu itu perbuatan Keo, dia mengamuk dan mengatakan nggak akan
memaaafkan Keo.
Belum sembuh dari keseleo kaki, Noaki terserang cacar
air. Sahabat-sahabatnya termasuk Keo
nggak ada yang berani menjenguk, karena belum pernah ada yang kena cacar air.
Mereka takut tertular. Otomatis selama Noaki sakit, mereka nggak bisa main dengan Noaki.
Tapi, hal ini
membuat Keo kembali galau. Apalagi setelah Noaki menolak permintaan maafnya.
Kemudian lagi-lagi si Misterius memberi petunjuk. Keo harus
meminta petunjuk teman. Dia pun mendatangani Lovely Lady.
Ternyata Lady sudah membawa tujuh kartu milik sahabat-sahabatnya. Dia memberi satu pada Keo, kartu milik Noaki. Kartu itu petunjuk untuk mendapatkan benda kesayangan Noaki. Namanya K2Soul, alias Key to the soul. Dengan menemukan benda kesayangan Noaki itu,
artinya membuktikan kegigihan Keo untuk mempertahankan persahabatannya dengan
Noaki. Tentu saja Keo akan berusaha menaklukkan teka-teki K2Soul
itu, karena dia tak mau “kehilangan” Noaki lagi.
Anak-anak SD Generasi Merdeka juga disibukkan dengan
persiapan kegiatan Festival Generasi Merdeka (semacam class meeting). Keo
sebagai Kapten kelasnya tentu saja ikut sibuk.
Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba Keo mendapat sesuatu yang menyenangkan. Kinanti yang menyandera layang-layang Rajawali milik Keo (GKNN 2), bermaksud mengembalikan layang-layang itu. Ketika Keo ke rumah Kinanti, dia menjumpai banyak anak kucing, salah satunya sepertinya menyukai Keo.
Keo ingin mengadopsi satu anak kucing itu, untuk dihadiahkan pada Noa, sebagai pengganti jika kelak dia tak bisa menemukan benda kesayangan Noa lewat sandi di kartu-kartu. Tapi Kinanti memberikan tantangan baru, Keo harus membantunya mengurus bebek-bebek peliharaan keluarga Kinanti sebanyak tujuh kali, dan harus merahasiakan hal itu pada sahabat-sahabat Keo. Barulah dia akan memberikan anak kucing itu.
Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba Keo mendapat sesuatu yang menyenangkan. Kinanti yang menyandera layang-layang Rajawali milik Keo (GKNN 2), bermaksud mengembalikan layang-layang itu. Ketika Keo ke rumah Kinanti, dia menjumpai banyak anak kucing, salah satunya sepertinya menyukai Keo.
Keo ingin mengadopsi satu anak kucing itu, untuk dihadiahkan pada Noa, sebagai pengganti jika kelak dia tak bisa menemukan benda kesayangan Noa lewat sandi di kartu-kartu. Tapi Kinanti memberikan tantangan baru, Keo harus membantunya mengurus bebek-bebek peliharaan keluarga Kinanti sebanyak tujuh kali, dan harus merahasiakan hal itu pada sahabat-sahabat Keo. Barulah dia akan memberikan anak kucing itu.
Nah, jadilah hari-hari Keo selanjutnya disibukkan oleh tiga
hal, yaitu: memecahkan teka-teki K2Soul, mengurus persiapan kelas untuk FGM,
dan mengurus bebek-bebek Kinanti.
Kemudian ada bumbu kesalahpahaman antara Keo dan
sahabat-sahabatnya dengan Noaki. Di akhir cerita baru terungkap bahwa
perkiraan-perkiraan mereka tentang Noaki ternyata salah.
Berhasil kah Keo menyelesaikan ketiga masalah tersebut?
![]() |
dari Facebook NoaKeo |
DARI SUDUT PANDANG SAYA
Entah kenapa buku ketiga ini, jika diibaratkan nyala lampu,
bagi saya agak meredup. Apakah karena Noaki “yang tidak tampil”, sehingga terasa
ada yang kurang lengkap.
Cerita GKNN kan pada dasarnya adalah hubungan “awet rajet”
antara Keo dan Noaki. Bersahabat erat tapi sering diwarnai dengan
pertengkaran. Kadang-kadang saling
sebal, tapi nggak terpisahkan.
Saya lebih menikmati hawa “awet rajet” ini ketika Noaki ada,
seperti di buku 1 dan 2. Dialog-dialog antara Keo dan Noaki lah yang membuat
cerita GKNN menjadi hidup. Jadi, ketika Noaki tidak terlibat hampir 90% dalam cerita, buku ini jadi terasa hambar.
Dari segi karakter, benar adanya jika melihat kenyataan bahwa anak-anak usia pre-teen masa sekarang cara bicara dan berpikirnya, jelas jauh berbeda dari masa kanak-kanak saya dulu. Tetapi, sebagai pembaca saya takut penulis jadi kebablasan pada keseragaman karakter tokoh-tokoh dalam buku ini: cerdas, pandai bicara, dan "dibuat" berwawasan luas. Kalau itu terjadi pada Keo dan ketujuh sahabatnya, bisa dimaklumi.
Masalahnya, saya berkhayal soal karakter Kinanti, sebagai anak yang biasa-biasa saja dari segi pengetahuan, walau dia sok jago. Dia tinggal di pemukiman penduduk, di luar komplek, atau villa. Asumsi saya jadinya Kinanti tinggal di kampung (di Lembang masih banyak perkampungan), dengan latar belakang keluarga biasa, peternak mungkin ya karena punya bebek-bebek.
Sehingga saya lebih bisa membayangkan Kinanti mengucapkan tantangan dengan kalimat ala tokoh si Bolang, "Sok, daek teu? Henteu mah kajeun." hahaha... ini bahasa Sunda memang. Daripada "Deal?" agak melambung bagi saya.
Kemudian, mendekati akhir cerita, ketika Keo akhirnya menemukan kunci terakhir dari teka-teki K2Soul itu, yang ternyata resi atau bukti pengiriman paket. Dan ternyata, paket itu ada di titik-titik :D
Sehingga saya lebih bisa membayangkan Kinanti mengucapkan tantangan dengan kalimat ala tokoh si Bolang, "Sok, daek teu? Henteu mah kajeun." hahaha... ini bahasa Sunda memang. Daripada "Deal?" agak melambung bagi saya.
Kemudian, mendekati akhir cerita, ketika Keo akhirnya menemukan kunci terakhir dari teka-teki K2Soul itu, yang ternyata resi atau bukti pengiriman paket. Dan ternyata, paket itu ada di titik-titik :D
Ya… kok ada di situ,
sih. Di mana? ah rahasia dong... Saya mengharapkan benda itu ada di tempat yang
lebih misterius tetapi dekat dengan keseharian (tempat main) Noaki. Misalnya di tengah danau
belakang sekolahnya. Oh, nggak, jangan… itu berbahaya. Ya, pokoknya di mana
lah, di bawah saung tempat mereka nongkrong, mungkin. :D
WISDOM OF THE STORY
Terlepas dari spot-spot yang (mungkin hanya perasaan saya aja) terasa janggal-- sebagaimana kebiasaan penulis buku bacaan anak-- menyisipkan pesan-pesan moral itu seperti sudah menjadi peraturan tak tertulis, tetapi yang saya suka, Mbak Ary melakukannya dengan halus, ngeblend dengan isi cerita secara keseluruhan.
Membaca buku ini, mungkin tanpa disadari pembaca usia muda diajarkan
untuk:
- Well organized dengan contoh Keo yang membuat “to do list”.
- Menghargai orang yang membantu kita dengan tenaganya, seperti pembantu rumah tangga.
- Kegigihan mempertahankan persahabatan itu sudah pasti.
- Berkorban demi sahabat, contohnya: sampai mau ngangon bebek :D
- Setia kawan pada teman yang sedang kesusahan.
- Bertanggungjawab pada tugas.
- Menepati janji yang sudah dibuat.
Buku ke-3 ini masih menyisakan konflik pribadi antara Keo dan ibunya. Keo yang merindukan perhatian lebih dari ibunya, digambarkan melalui sikapnya yang ragu-ragu setiap kali akan menelepon ibunya.
Saya jadi merasa gemas pada ibunya Keo, melalui penggambaran
Mbak Ary di halaman 134. Ibu Keo yang setiap kali ditelepon selalu mengatakan
waktunya tidak tepat dan akhirnya memutuskan telepon.
Waktu yang tidak tepat. Lingkaran yang luas.
Apakah saat dipukul anak yang jauh lebih besar bukan waktu yang tepat? Bagaimana waktu Pak Markum tertahan banjir dan sangat-sangat terlambat menjemputnya? Atau waktu ia merasa badannya sangat panas dan ingin dipeluk Mami?
Tentu saja Mami memutuskan hubungan telepon karena belum mendengar penjelasannya. Mami tidak tahu. Kalau tahu, tidak mungkin tega. Tetapi justru itulah masalahnya. Ia menelepon untuk memberitahu. Dan Mami bilang waktunya tidak tepat. Bagaimana ia tahu Mami sedang apa di sana? Satu titik di tengah lingkaran luas.
Mengenai titik dan lingkaran ini ada deskripsinya dalam
buku.
Sepertinya, cuplikan di atas cocoknya ada di buku parenting, ya. Tapi asumsi saya, pembaca pun—apalagi yang kondisinya
sama dengan Keo, selalu ditinggal orang tua karena kesibukan pekerjaan-- jadi menyadari ketika dia butuh perhatian orang
tuanya, jangan ragu. Tuntut saja. Supaya orang tua yang sibuk, seperti Mami
Keo, mengerti apa kebutuhan anaknya. Berhenti sejenak dari kesibukannya. “Ada”
untuk anaknya. *kok jadi sewot, haha*
Akankah konflik pribadi Keo ini diselesaikan di buku lanjutannya nanti? Kayaknya ikut tersiksa deh kalau Keo mulai galau gara-gara si Mami. Sini Keo, sama Mama Ina aja deh... *halah*
Di buku GKNN ketiga ini juga penulis melunasi“hutang-hutang”
cerita yang belum terselesaikan di GKNN-2. Tetapi yang paling membuat penasaran
adalah si Misterius yang selalu menjadi penolong Keo. Kapan kah si Misterius
ini akan diungkap identitasnya? Gemes…
Buku ke-4 sudah ada di tangan saya. Nantikan sinopsis dan
ulasannya beberapa hari ke depan :D
Buku ke-5 kabarnya sedang dalam proses penulisan. Mbak Ary
sudah memberikan sedikit bocoran apa isi buku ke-5 nanti. Woh! Sudah buku ke-5 ya? Dan saya tertinggal
begitu jauh… *nangis*
Kembali lagi ke topik, ulasan saya untuk buku ke-2 ada sedikit menyentuh sisi romantisme antara Keo dan Noa. Di buku ke-3 ini, sepertinya penulis berusaha menyamarkan romantisme itu dengan penekanan pada "sahabat erat". Juga sekilas pembahasan soal "naksir-naksiran" ini pada dialog antara Lady dan Keo di halaman 95.
Kalau boleh ge-er sih ya, saya berterima kasih dan bangga karena penulis memberikan respons positif terhadap ulasan yang saya berikan. Contoh nih, untuk penulis-penulis yang kurang legowo dan gemar menolak segala bentuk masukan di review bukunya. :D
GKNN UNTUK SAYA
Serial GKNN ini buat saya adalah bacaan favorit, dari segi ide seringkali mengejutkan dan tak terduga. Contohnya, ya teka teki itu, kartu-kartu yang dibuat saat Noaki kelas 3. Ternyata part ini based on true story. Mbak Ary dulu juga di masa kecilnya suka main kartu petunjuk.
Selain itu ke-antimainstream-an penulis memperlakukan karakter-karakternya, sampai cara bertuturnya yang "modern". Saya jadi merasa kembali ke masa lalu ketika sedang nikmat-nikmatnya membaca karya-karya Enid Blyton.
Saya pikir, saya mungkin bisa menulis seperti Mbak Ary, tapi dari sisi kecepatan... hahahah... menjura lah pada Bu Master ini.
Baiklah, Kawan. Jika ada yang tidak sependapat dengan review saya ini, tak apa. Masalah teknik penulisan kreatif, Mbak Ary (saya rasa) belum ada yang bisa menyamai. Review ini tinjauan dari sisi seorang book freak dan pencinta bacaan anak. Semoga bisa diambil sisi positifnya. Jika ada sisi negatifnya, ah itu hanya perasaan Anda saja, wehehehe...
![]() |
dari Facebook NoaKeo |
2 Comments
and as a book freak, you did it well!
BalasHapusThank you Ci Tan, Mak Neng, Mak Tan tercayang...
BalasHapus