HARMONI 3 RODA PROGRAM CSR INDOCEMENT FOKUS PADA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR


Hari Rabu, tanggal 22 November lalu, jam setengah enam pagi saya sudah nangkring di boncengan Mas Gojek siap membelah jalan antara Bintaro – Sudirman.  Perasaan agak khawatir juga sih, soalnya langit tampak kurang bersahabat.  Dan benar saja, baru seperempat perjalanan kok berasa ada tetes-tetes air.  Mulut mulai komat-kamit merapal doa mohon agar hujan jangan diturunkan dulu sebelum sampai tujuan.  Kalau hujan cukup besar saya kan jadi harus berteduh, kemungkinan besar saya bakal telat sampai tujuan dan ditinggal rombongan.

Syukurlah rejeki mamak-mamak sholeha *pede tingkat tinggi*, doa pun dikabulkan.  Jalanan lancar dan hujan batal turun, saya sampai ke tujuan dengan selamat dan lebih cepat satu jam dari yang dijadwalkan.  Memangnya mau ke mana sih?  *hehe*. Saya mau ke Wisma Indocement, pada  hari itu saya dan teman-teman Blogger diundang oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) untuk mengunjungi salah satu kompleks pabriknya di Citeureup, Bogor. 

Setibanya saya di Wisma Indocement masih jam enaman, ya pasti belum ada yang datang lah kecuali Pak Security, jadi saya menunggu di kursi trotoar yang adem karena dinaungi tanaman rambat, sambil iseng motretin gedung-gedung *hobi baru setiap kali harus menunggu* sambil memperhatikan orang-orang yang lalu lalang. 

Mendekati jam tujuh pagi, saya beranjak menuju lobby.  Di tangga menuju lobby ada seorang perempuan dan seorang laki-laki yang saya curigai (dalam hati) sebagai anggota rombongan, tapi saya malu mau berkenalan duluan (belakangan baru tahu kalau mereka adalah Mbak Isnuansa dan Mas Gie).  Jadi saya membatalkan niat untuk masuk ke lobby dan berdiri saja tak jauh dari mereka.  

Tak lama kemudian anggota rombongan yang lain berdatangan.  Setelah genap berenam plus Mas Adhi sebagai Koordinator dan Mas Gilang dari Indocement, kami pun berangkat menggunakan bus kecil.  Menurut Mas Adhi sisa anggota rombongan akan dijemput di perjalanan, sebagian di Cibubur dan yang  lain di Cibinong.

Perjalanan menuju Citerurep lancar, kira-kira jam sepuluh kita sampai di Kompleks Pabrik Citeureup.  Kami singgah di Aula Guest House untuk berkenalan dan mendengarkan sambutan dari jajaran manajemen Indocement.


Rencana awal rombongan kami akan mengunjungi area pabrik Indocement, sayangnya pada saat itu sedang terjadi kendala teknis, sehingga harus dilakukan pekerjaan maintenance dan tidak memungkinkan ada visitor masuk ke area pabrik.  Akhirnya kunjungan kami kali ini fokus kepada program-program CSR (Corporate Social Responsibility) Indocement saja.

Pak Aditya Purnawarman, selaku CSR Department Head, menjelaskan sedikit gambaran program-program CSR Indocement.  Beliau juga bercerita awalnya “diterjunkan” ke bagian CSR ini.  Dengan nada bercanda, beliau bilang jangan-jangan dipindahkan untuk mengurus CSR  karena beliau orang Sunda, masyarakat Citerureup juga beretnis Sunda, maksudnya mungkin supaya pendekatannya lebih gampang dan nyambung.  Masuk akal juga sih 😀


sumber foto : murianews.com
Area pabrik Indocement ini terletak dekat dengan pemukiman penduduk.  Kondisi tersebut membuat Indocement harus mengelola pabrik dengan mempertimbangkan kenyamanan masyarakat.  Menurut Pak Aditya sekarang keadaannya jauh lebih baik karena penggunaan teknologi yang digunakan oleh Indocement pun semakin canggih, misalnya untuk menangkap debu Indocement menggunakan mesin penangkap debu elektronik, tingkat kebisingan pun sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah, dan pengelolaan emisi-emisi lain pun diusahakan semaksimal mungkin tidak lagi menjadi polusi yang mengganggu masyarakat sekitar.

Pak Aditya menjelaskan bahwa pilar program CSR Indocement yang dinamai Harmoni 3 Roda ini ada lima, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.  Tahun-tahun sebelumnya program CSR mereka lebih bersifat filantropi seperti beasiswa, sunatan massal, pengadaan hewan kurban dan pembuatan jalan akses, namun program CSR Indocement belakangan ini lebih menitikberatkan pada program pemberdayaan atau empowerment untuk masyarakat.


Jalan akses yang dibangun oleh Indocement.  Foto atas jalan raya di depan area pabrik yang digunakan untuk kepentingan
masyarakat.  Foto bawah jalan akses di wilayah belakang pabrik, untuk mengakomodir kemudahan masyarakat pedesaan
sekitar area pabrik.

Program-program seperti apa yang dilakukan oleh departemen CSR Indocement?  Supaya lebih jelas, Pak Aditya mengajak kami langsung ke lapangan. Bukan…. Bukan ke lapangan bola 😀 tapi ke lokasi-lokasi yang menjadi bagian dari program pemberdayaan tersebut.  

Ada 3 lokasi yang akan kami kunjungi yaitu area program Gerakan Tani Mandiri di Desa Leuwikaret,  Mata Air Cikukulu di Desa Lulut dan Kebun Tegal Panjang.  Sebelum berangkat kami harus menggunakan perlengkapan safety dulu yaitu vest dan helm.

PERJALANAN MENUJU DESA LEUWIKARET

Sebelum menuju area pabrik, kami melewati area guest house yaitu kompleks perumahan yang diperuntukkan untuk tamu-tamu perusahaan.  Kompleks guest house ini fasilitasnya cukup lengkap, selain aula yang tadi kami singgahi, tersedia fasilitas olah raga juga seperti lapangan sepakbola dan lapangan tenis.  Suasananya tenang dan asri karena banyak pohon-pohon besar yang mengisi area kosong.

Setelah melewati pintu gerbang guest house kami mulai melewati jalan utama area pabrik.  Perjalanan tour kami ini dipandu oleh Pak Jafar.  Di area pabrik depan kami ditunjukkan fasilitas yang dimiliki Indocement Citeureup plant ini,  seperti gedung administrasi,  masjid jami As-Salam,  training center, klinik yang dibuka untuk masyarakat sekitar juga.

Pintu gerbang menuju area pabrik

Kami juga melewati Plant 14, pabrik terbaru dari Indocement yang dilengkapi dengan mesin-mesin berteknologi mutakhir.  Kapasitas produksinya pertahun mencapai 4,4 juta ton.  Kemudian kami juga melewati pusat pengelolaan sampah.  Hasil akhir dari sampah itu dijadikan alternatif bahan bakar.  Memang penggunaannya baru mencapai 5-7% dari kebutuhan bahan bakar, tapi yang terpenting sudah ada upaya untuk turut menjaga lingkungan dan melaksanakan program zero waste.

Bengkel dan sentra usaha kreatif binaan program CSR Indocement
Setelah itu ada stasiun kecil, karena sebagian pendistribusian produk menggunakan jalur kereta api.  Kemudian ada bengkel motor.  Bengkel motor ini juga bagian dari program empowerment CSR Indocement.  Di sini dipekerjakan lulusan SMK dari masyarakat sekitar untuk menangani motor-motor yang dipergunakan sebagai alat transportasi di pabrik.  Berdampingan dengan bengkel ada pusat sentra usaha kreatif.  Pak Aditya sempat bercerita sedikit tentang usaha kreatif ini, di antaranya warga binaannya membuat kaleng-kaleng kerupuk mini.  Produk mereka ini pemasarannya selain ke Jakarta bahkan sudah merambah sampai ke Malaysia.

Karena ditingkahi dengan cerita-cerita dari Pak Aditya dan Pak Jafar yang seru, perjalanan menuju area penambangan di Quarry D pun tak terasa, tahu-tahu kami sudah sampai di pintu gerbang Quarry D.

Sebelum pintu masuk ada papan peringatan, jadi nggak sembarang orang bisa masuk ke area penambangan ini. Foto bawah
tampak alat-alat berat yang digunakan di tambang. Satu harga alat berat itu mencapai 2M lho.

GERAKAN TANI MANDIRI (GTM)

Ketika memasuki area Quarry D ini, saya merasa entah ada di mana, serasa bukan ada di Citeureup yang notabene masih cukup dekat ke kota besar.  Yang menakjubkan bus kami disambut oleh gerombolan kupu-kupu berwarna kuning dan putih dan kemudian buyar disibak laju bus.  Sempat menyesal nggak merekam momen indah itu.  Tapi menurut para ahli lingkungan, kupu-kupu adalah serangga yang paling rentan, jika mereka bisa hidup di satu tempat artinya tempat itu ekosistem tempat hidup mereka tidak rusak alias tidak ada pencemaran.

Kami masih melewati jalan menuju lokasi GTM.  Di sebelah kanan kami hutan jati yang mengisi area paska penambangan.  Ketika area tambang akan dibuka, Indocement menebang 4.000 pohon dan sekarang sudah dilakukan penanaman kembali sebanyak 14.000 pohon di area bekas tambang yang sudah non aktif.


Batu-batu sebesar ini adalah hasil blasting.  Jadi, proses penambangan itu pertamanya bukit kapur diblasting atau diledakkan
dengan bahan peledak, kemudian batu-batu kapur yang masih berupa bongkahan besar-besar dimasukkan ke mesin crusher atau mesin penghancur sampai menjadi kecil-kecil, baru dikirim ke pabrik untuk diproses.

Eh, tiba-tiba bus yang kami tumpangi berhenti dan kami pun harus menyambung perjalanan dengan berjalan kaki, untunglah jaraknya nggak begitu jauh. Hanya sekitar seratus meter dari tempat bus berhenti, sampailah kami di lokasi penanaman GTM.  Kami disambut oleh beberapa orang petani anggota GTM yang diketuai oleh Kang Tatang.  Ternyata penanaman di GTM ini dilakukan dengan cara mengisi area di lereng bukit.

GTM terletak di wilayah Desa Leuwikaret.  GTM merupakan bagian dari program reklamasi tambang yang sudah berjalan sejak tahun 2015.  Tujuan dibentuknya kelompok tani ini untuk mengurangi pengangguran dan penambangan ilegal oleh warga.  Sekarang anggota yang aktif ada 27 orang.

Foto kiri atas adalah hutan jati sepanjang area masuk ke tambang.  Foto kanan atas itu Kang Tatang yang pake singlet ^_^ dan teman-teman petani member GTM.  Foto bawah, Blogger-blogger yang antusias rela  menuruni lereng bukit demi melihat lahan hasil tanam bapak-bapak petani GTM. Kita harus berjalan dengan hati-hati, jangan sampai menginjak tanaman-tanaman yang baru tumbuh.

Luas total lahan yang disediakan untuk GTM adalah 18,6 H dan baru digunakan seluas 5 H.  Selain menyediakan lahan, Indocement juga menyediakan bibit tanaman, pupuk dan peralatan pertanian.  Kemudian memberikan pelatihan pertanian dan membantu pejualan produk pertanian.

Tanaman apa saja yang ditanam di lahan GTM ini? Rata-rata dalah tanaman hortikultura seperti cabai, pepaya, mentimun, kacang tanah, buncis, jahe merah dan lain-lain.  Cara bertanamnya menggunakan sistem tumpang sari.  Omset per bulan petani GTM mencapai 500.000 – 1.500.000 rupiah per orang tergantung jenis tanaman dan luas lahan yang dikelola masing-masing.  Tetapi tentu saja hasil panen juga tergantung pada musim, jika musim hujan akan lebih baik karena kebutuhan air tercukupi.

nah ini dia conveyor belt pengangkut batu-batu kapur menuju pabrik. Sekarang conveyor belt ini sudah menggunakan penutup supaya debu-debu kapur tidak beterbangan mengganggu penduduk sekitar.  Dan roda penggeraknya dibuat dari bahan yang tidak menimbulkan suara bising, jadi tingkat kebisingan bisa diminimalisir untuk menghindari polusi suara.

MATA AIR CIKUKULU

Ini adalah destinasi kedua.  Kami disambut gerbang dengan plang larangan.  Dan masuk bagi warga selain petugas.  Dan ketika saya melihat mata air itu, tahulah saya sebabnya kenapa harus ada plang larangan masuk.  Haduh melihat air jernih berwarna biru kehijauan itu, godaan buat terjun di udara yang panas itu tinggi sekali.  Tapi karena risiko kena jewer Pak Aditya, godaan langsung saya redam dengan foto-foto di sekitar mata air.

Ini dia sumber mata air Cikukulu yang bening berwarna kehijauan.  Duh, mengundang hasrat untuk nyebur aja deh.

Mata Air Cikukulu berada di wilayah Desa Lulut walau masih termasuk ke dalam area Quarry D.  Luas area konservasi mata air Cikukulu ini mencapai 5 hektar.  Dari mata air ini sebanyak kurang lebih 500 KK dari dua desa (Desa Leuwikaret dan Desa Lulut) memanfaatkan air dari sini untuk keperluan sehari-hari.  Untuk itu Indocement memfasilitasi dengan membangun pipanisasi air untuk warga kedua desa tersebut.

Tinggi permukaan airnya sedang rendah karena efek musim kemarau, sekarang sudah mulai masuk musim hujan, biasanya kedalamannya akan bertambah

Mata Air Cikukulu sudah memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai dengan Permenkes No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 mengenai standar air bersih.  Uji kualitas air dilakukan setiap enam bulan sekali.

Mata air ini tidak pernah kering selama musim kemarau sekalipun.  Ketinggian mata air rata-rata 31,25 cm.  Pada musim kemarau tinggi mata air 15 cm, tetapi pada musim hujan ketinggiannya bisa mencapai 40 cm.  Untuk melindungi mata air ini, Indocement menetapkan zona larangan tambang serta melakkan penghijauan di sekitar mata air.



KEBUN TEGAL PANJANG

Setelah puas menikmati suasana Mata Air Cikukulu, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan lokasi ketiga.  Di sini kami disambut oleh Pak Hilman selaku penanggungjawab pengelolaan Kebun Tegal Panjang. Pak Hilman ini lulusan IPB, jadi pengelolaan area reklamasi di Quarry D Citeureup plant Indocement ini memang nggak main-main, buktinya pengawasan pengelolaannya langsung ditangani oleh tenaga ahli di bidangnya.  Salut.

Kebun ini memiliki lahan seluas 12 hektar yang dikelola oleh seorang 2 orang tenaga pengawas dan 8 orang petani kebun.  Di lahan seluas 12 hektar itu ditanami oleh dua jenis tanaman, tanaman berbatang keras dan tanaman berbatang lunak.  Memasuki area  Kebun Tegal Panjang ini perasaan langsung damai.  Apalagi ada "saung" di tengah tanaman-tanaman hijau, kebayang nikmatnya duduk-duduk di situ sambil ngopi.


Sebelumnya area reklamasi ini ditanami pohon jarak, sekarang area kebun Tegal Panjang selain ditanami pohon jati juga ditanami berbagai jenis tanaman hias

Tanaman berbatang keras yang ditanam yaitu pohon jati.  Sedangkan area untuk tanaman berbatang lunak ditanami berbagai tanaman hias seperti pohon cinta, hanjuang, andong atau monstera.  Jangan salah lho, pohon cinta ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi.  Permintaan pasarnya cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pengusaha-pengusaha bunga/tanaman hias di Rawa Belong, Jakarta.


Ini dia primadona di Kebun Tegal Panjang, si Pohon Cinta.  Permintaan tanaman hias ini datang dari pengusaha bunga dan tanaman hias, biasanya digunakan untuk dekorasi pernikahan.

Omset per bulan petani Kebun Tegal Panjang bisa mencapai 800.000 – 2.000.000 rupiah tergantung hasil panen dari pohon cinta dan tanaman hortikultur lainnya, yang ditanam di sela tanaman pokok. 

Di Kebun Tegal Panjang ini saya mendapat pengetahuan baru dan melihat langsung seperti apa pohon Kemiri Sunan dan Pohon Maja.  Apa yang menarik dari kedua pohon tersebut?  Yang menarik, buah dari kedua pohon tersebut dapat dijadikan bahan bakar alternatif.  Penelitiannya sedang dilakukan oleh pihak Indocement bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).  Semoga penelitiannya lancar dan sukses ya,  ibu-ibu macam saya ini menantikan banget lho alternatif bahan bakar yang murah, yang bisa menggantikan gas yang harganya semakin mahal itu *curhat detected*. 

Ini Aki Toni, maskotnya Kebun Tegal Panjang ^_^ Walau usia sudah senja tapi masih kuat dan aktif bekerja.  Aki Toni senang disuruh pose sama tanaman, gayanya udah kayak model ya. Yang kiri itu pohon markisa.  Di kebun ini juga ditanam tanaman buah sebagai tumpang sarinya. Kebanyakan sih pohon markisa dan pisang.  Foto kanan atas itu pohon Kemiri Sunan, yang bawah itu yang buahnya seperti jeruk bali itu pohon Maja.  Buah Maja ini kalau dijadikan bahan bakar, daya kerjanya lebih efektif dari batubara lho.

Palem Kuning salah satu jenis tanaman hias yang dibudidayakan di sini. Pendapatan dari hasil panen Kebun Tegal Panjang ini dibagi untuk pembiayaan program CSR dan upah tenaga petani pengelola lahan

Kesimpulannya sih program reklamasi ini dilakukan sebagai upaya untuk menghijaukan kembali area paska penambangan, selain itu tujuannya juga untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Upaya Indocement dalam memaksimalkan program CSR-nya ini sudah menuai penghargaan. Tahun 2016 lalu CSR Indocement mendapat penghargaan "Indonesia Green Awards" untuk empat kategori yaitu penyelamatan sumber daya air, pengembangan pengolahan bank sampah, pelestarian keanekaragaman hayati, dan pelopor pencegahan polusi seperti yang dilansir Murianews.com (25/05/2016).


Waduh nggak terasa obrolannya panjang sekali.  Walau panjang semoga cerita saya selama kunjungan ke lokasi program reklamasi Indocement di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor ini bisa menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahaan lain yang belum melakukan program CSR-nya secara maksimal.  Dan memberikan pengetahuan baru bagi teman-teman yang masih blank soal program CSR yang baik, sekaligus tulisan saya ini menjadi bukti bahwa program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk itu nyata dan berkesinambungan.



Love,


4 Comments

  1. wuih senangnya bisa kunjungan ke pabrik mba, ini daerah citereup teh deket cileungsi bukan mba?bagus juga ya ada teknologi penghisap debu krn dekatan sama pemukiman penduduk.
    program CSRnya keren..keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyap betul deket Cileungsi... yuk atuh kapan diundang ke pabrik Helva :)

      Hapus
  2. Aku tuh paling suka jalan jalan kek gini, gak jenuh acara di kota melulu ya

    have fun sambil reportase ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. betuuuuul... cocok banget sama seleraku (((selera))) :D

      Hapus