Tak pernah terpikir
sebelumnya, bahwa dalam skenario hidup ini, aku akan diberi peran sebagai Penulis.
Otomatis, sebagian besar hari-hariku dihabiskan dengan mengetik, mengirim, dan
merevisi naskah. Terkadang, serangan jenuh tak bisa dielakkan dan aku butuh “udara
segar”untuk mengenyahkan masalah itu . Selain me-refresh otak, bepergian juga bermanfaat untuk menstimulan
kemunculan ide-ide baru yang lebih segar.
Nah, pada saat bepergian
itu, aku tetap membutuhkan perangkat yang bisa menghubungkan aku dengan
pekerjaan sekaligus hiburan. Aku harus
tetap terhubung dengan pekerjaan melalui email, karena order datangnya kadang tak terduga.
Untuk hiburan, aku butuh terhubung dengan media-media sosial online. Belive it or not, dari obrolan iseng pun, aku bisa menangkap ide baru dan kadang-kadang dari diskusi ringan saja bisa mendatangkan job menulis yang asyik. Ini fakta, lho…
Namun kendalanya, aku capek
membawa notebook kemana-mana, walau beratnya kurang dari berat laptop, dan bisa
dimasukkan ke dalam tas bahu, tetap saja bikin nggak nyaman di bahu
karena menyebabkan pegal. Belum lagi aksesoris pelengkap yang harus dibawa
serta, seperti charger, mouse, modem… buat jaga-jaga *sigh*
Beberapa waktu kemudian,
Tuhan mendengar do'a orang yang bahunya jadi turun sebelah gara-gara keseringan menyandang tas berisi notebook. Maka,
diberilah ide pada orang-orang pintar itu untuk menciptakan sebuah teknologi baru bernama komputer
tablet. Huih, seperti menemukan oasis di padang tandus.
Aku mulai "pedekate"
pada tablet yang cantik nan menggoda itu. Dan benar, aku jatuh cinta dan
semakin terlena. Bentuknya yang langsing dan tipis membuatku nyaman untuk
membawanya kemana saja. Klak-klik sana-sini, usap-usap dengan mesra ... sungguh cara praktis mengakses berbagai aplikasi di mana saja dan kapan saja.
Dengan bahagia aku mengucapkan selamat tinggal pada mouse dan modem yang bikin
ribet. Aku bahkan punya panggilan mesra untuk pacar baruku: "My Dear Tabby".
Namun, kemesraan kami
tak berlangsung lama. Suatu hari aku disadarkan pada kenyataan bahwa pacar baruku bukanlah pasangan sempurna. Ketika sedang asyik mengusap-usap layar
datar My Dear Tabby sambil ngopi di kafe favorit, tiba-tiba Editor salah satu buku yang akan terbit menelepon dan
mengatakan kalau dia baru saja mengirimkan email editan naskah. Kemudian dia minta
aku merevisinya saat itu juga, karena akan segera dikirim untuk proses layout.
Musibah … hal tersebut
sama sekali tidak masuk dalam kitab prediksiku. Padahal, sebelumnya suamiku
sudah mengingatkan, kalau My Dear Tabby nggak nyaman dipakai untuk mengetik
dokumen panjang. Keyboard virtualnya nggak memungkinkan untuk itu. Kalau pun
mau dipakai untuk membuat dokumen, harus menambahkan keyboard portabel. Hyaaah …
betapa tidak praktisnya.
Terus gimana dong? aku butuh perangkat yang bisa mendukung kebutuhanku berkomputasi di mana saja dan kapan saja. Coba... kalau notebook sama si tabby bisa dikawinkan, pasti asyik. Pikiran gila itu
sempat aku utarakan pada suamiku, dengan hasil akhir sebuah toyoran di kepala. Tapi, bukankah setiap ucapan adalah do'a?
Jawaban Do'a Kedua
Nothing is impossible di
dunia ini. Itulah yang terlintas di benakku saat tanpa sengaja aku membaca
blog yang memberitakan peluncuran produk Acer terbaru. Tuhan … ternyata Engkau
mendengar do’aku … *lebay*
Siapa sangka pikiran gila tentang perkawinan silang antara notebook dan tablet ternyata benar-benar terjadi, dan menghasilkan keturunan bernama
Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook … yihaaa!
Kenapa coba aku sampai
histeris sedemikian rupa menyambut kelahirannya? Simak saja keunggulan-keunggulan ultrabook yang keren ini.
HANDY
Jangan pernah lagi
berifikir untuk membawa notebook dan tablet dalam satu tas. Acer Aspire P3 diciptakan
untuk memberikan pelayanan fungsi keduanya dalam satu perangkat. Para pengguna perempuan yang stylish seperti
aku ( kyaaaa...) pasti bakal suka, bentuknya yang ekstra ramping bikin terasa
menggenggam clutch.
FLIP AND SWITCH
Kemasan yang sangat
fleksibel dari Acer Aspire P3, memudahkan pekerjaanku. Pada saat aku butuh
mengetik naskah, aku bisa menyetel perangkat seperti layaknya notebook. Jika sudah lelah bekerja dan butuh hiburan sejenak, aku tinggal mengangkat
bagian layar perangkat, dan … voila! Perangkat pun berubah menjadi tablet yang
nyaman kupergunakan sambil duduk bahkan berbaring.
SENTUH DAN KETIK
Yang paling membuat aku bersemangat, layar Acer Aspire P3 berukuran 11.6” dengan resolusi 1366 X 768 yang
dilengkapi panel IPS. Artinya apaaa?! kalau ada illustrator ngirimin contoh
ilustrasi, sudah pasti bakal kelihatan bagus banget, karena tampilan warnanya yang cemerlang. Apalagi kalau Editor ngirimin contoh cover buku … wooow … bikin speechless kali.
Tapi
yang paling menakjubkan, layar perangkat ini mendukung 10 point multi-touch, WHAT?! Bisa menggunakan sepuluh jari sekaligus?! How responsive … ckckckck…
Dan soal ketik-mengetik
juga jadi gampang karena casing Acer Aspire P3 dilengkapi keyboard bluetooth
dengan docking untuk perangkat ini. Wow deh pokoknya.
Kesimpulannya, nggak
perlu repot bawa mouse dan keyboard portabel lagi. Tapi … keadaan darurat selalu
mungkin terjadi kan, nah … kalau terpaksa harus pakai mouse pun perangkat ini sudah dilengkapi dengan port USB 3.0, selain itu, fasilitas HDMI mini memungkinkan perangkat
ini terhubung ke layar besar, printer 3D, dan lain-lain.
MULTITASKING
Soal kinerja jangan
ditanya deh, Acer Aspire P3 menyambutku dengan dua pilihan prosessor, Intel Core
i3 dan i5. Nah, tinggal pilih saja. Kalau pekerjaan kalian butuh kinerja prosessor
yang cepat, gunakan prosessor Intel Core i5, dengan kecepatan 1.5GHZ yang
dilengkapi dengan turbo boost, jadi larinya bisa mencapai 2Ghz. Selain itu,
perangkat ini diperkuat oleh Windows 8 Snap, loncat-loncatan dari satu
aplikasi ke aplikasi yang lain dijamin mulus. Klak-klik nggak pake acara
tunggu … gaya deh.
Daya tahan baterai juga cukup
besar lho buat perangkat setipis ini. Daya sebesar 4800mAh dapat bertahan sampai
4 jam 17 menit, namun lebih pendek jika dipakai melalui jalur WIFI, yaitu
sekitar 4 jam 8 menit. Yaiiyy… bisa browsingan dan medsosan di ruang terbuka dengan
lancar dan damai.
Urusan storage alias penyimpanan data, Acer Aspire P3 dilengkapi dengan storage SSD yang kemampuannya 5x lebih cepat dari HDD standard. Untuk urusan konektivitas, Acer Aspire P3 disupport oleh Acer InviLink N plity WiFi 802.11a/b/g/n dan Bluetooth 4.0, jadi perangkat ini siap terhubung dengan perangkat penunjang lain secara nirkabel.
Gimana nih, urusan narsis-narsisan? Beres ... Acer Aspire P3 juga ngertiin aku yang emang udah narsis sejak lahir. Perangkat ini dilengkapi dua buah kamera di bagian depan dan belakang. Berhubung sekarang aku lagi LDR-an sama keluarga, bakal terbantu banget kalau lagi video call atau skype-an, dengan kamera depan yang dapat merekam sampai dengan 720p. Foto-fotoan juga lancar dengan kamera belakang 5MP dengan hasil yang jernih.
Nah, jelas dong kenapa Acer Aspire P3 itu "kena" banget buat kerja sekaligus ngegaya. Eh, tahu si Vernon? nggak? kalau DJ Tiesto? naaah... Si Vernon itu asistennya DJ Tiesto. Kebayang dong betapa hebohnya DJ keren ini kalau udah nge-mix, terkenal di mana-mana pula. Dan si Vernon itu DJ Tiesto wanna be banget. Dia juga punya mimpi bisa nge-mix di panggung-panggung gede, diteriakin namanya sama penonton, cewek-cewek termasuk para supermodel histeris tiap kali ngeliat dia. Dan siapa coba penolong Vernon buat mewujudkan mimpinya itu? Ya, Acer Aspire P3 Ultrabook inilah ... keren kan. Maka cerita cowok yang sebelumnya nggak dikenal itu pun berakhir happy ending dengan hanya menenteng perangkat impian itu kemana pun dia ada jadwal manggung.
Dan ... setelah membaca kisah-kasih si Vernon dengan Acer Aspire P3-nya, makin fix banget deh menjadikan Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook ini sebagai perangkat impian yang bisa mendukung passion aku. Melihat kecanggihannya, aku berani bilang kalau Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook adalah statement baru untuk teknologi komputer dan yang pasti, Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook adalah kunci kebebasanku berkomputasi, di mana saja dan kapan saja.
Dan ... setelah membaca kisah-kasih si Vernon dengan Acer Aspire P3-nya, makin fix banget deh menjadikan Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook ini sebagai perangkat impian yang bisa mendukung passion aku. Melihat kecanggihannya, aku berani bilang kalau Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook adalah statement baru untuk teknologi komputer dan yang pasti, Acer Aspire P3 Hybrid Ultrabook adalah kunci kebebasanku berkomputasi, di mana saja dan kapan saja.
4 Comments
Kereeeen! Ih... Udah jago geuning ah ngeblog. Soklah prung kadinya sing meunang. Saya ga jadi ikutan yang ini. Mau persiapan buat minggu depan. Dan sedang sedikit bosen. Perlu represing heula. Sing meunaaaaaaaaaang. :)
BalasHapushihihi... pake kitab penuntun soalnya, aamiin lah ya...
BalasHapusTeteh, artikelnya enggak bikin bosen bacanya meskipun ngebahas perkomputeran yang biasanya langsung saya skip kalau nemu artikel semacam ini ^_^ Dan artikelnya sukses bikin ngiler pengen punya tablet *toloooong*
BalasHapusEpoooy... is that you? makasiii... yah, dimaklum ajah kalo ada yang "missleuk", newbie tea...
BalasHapus